Jakarta, Katakini.com - Pergaulan menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari oleh siapa pun. Setiap hari, kita berinteraksi dengan banyak orang, keluarga, teman kerja, tetangga, hingga rekan di dunia maya.
Dalam Islam, setiap bentuk interaksi memiliki nilai yang dapat menjadi pahala atau justru menjerumuskan pada dosa, tergantung bagaimana kita menjaga adabnya.
Islam mengatur pergaulan bukan hanya demi kebaikan individu, tapi juga untuk menjaga tatanan sosial yang sehat dan penuh kasih. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam bersikap santun terhadap siapa pun, termasuk terhadap mereka yang berbeda keyakinan.
Dengan berpegang pada adab-adab Islam, seorang Muslim bisa menjadi sosok yang menyenangkan, bisa dipercaya, dan membawa manfaat dalam lingkungannya.
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga ucapan. Seorang Muslim tidak diperkenankan berkata kasar, memfitnah, bergosip, atau menyakiti hati orang lain lewat kata-kata.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam pergaulan, kata-kata yang baik bisa menjadi sumber kebaikan dan kebahagiaan.
Allah SWT melarang hamba-Nya bersikap sombong dalam bergaul. Surah Al-Isra ayat 37 menyebutkan: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.” Kesombongan bisa merusak hubungan sosial dan menimbulkan kebencian. Islam mengajarkan agar kita tetap rendah hati walaupun memiliki kelebihan.
Adab penting lainnya adalah menghormati perasaan dan tidak mencampuri urusan pribadi orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan, saling memata-matai, saling membenci, dan saling membelakangi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini mencerminkan pentingnya menjaga etika agar hubungan tidak ternodai prasangka buruk.
Memberi salam dan senyum termasuk sunnah dalam pergaulan. Rasulullah bersabda, "Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi). Ucapan salam seperti Assalamu’alaikum mengandung doa keselamatan, sementara senyuman mempererat keakraban.
Dalam pergaulan, sering kali kita melihat sahabat atau kerabat melakukan kesalahan. Islam mendorong kita untuk saling menasihati, tetapi dengan cara yang lembut dan tidak merendahkan. Menasihati secara sembunyi-sembunyi lebih disukai daripada mengkritik di depan umum.
Islam melarang keras membicarakan aib orang lain tanpa sepengetahuannya, karena hal itu termasuk ghibah. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, Allah mengibaratkan orang yang menggunjing seperti memakan daging saudaranya sendiri. Menjaga lisan dari ghibah dan fitnah adalah wujud penghormatan dalam pergaulan.
Dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan, Islam memberi batasan tegas. Menahan pandangan, tidak berkhalwat (berdua-duaan), dan menjaga aurat adalah bentuk kehormatan diri serta penjagaan dari godaan syahwat. Hal ini bukan bentuk pembatasan semata, melainkan perlindungan terhadap marwah dan kehormatan masing-masing.
Dalam pergaulan, kita diminta untuk bersikap adil dan tidak memihak hanya karena kedekatan atau kesukaan. Islam menekankan keadilan, bahkan dalam perkara yang menyangkut keluarga atau teman dekat. Ini menciptakan iklim pergaulan yang sehat dan berkeadilan.