Jakarta, Katakini.com - Saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dari Instagram, TikTok, Facebook, hingga WhatsApp, platform tersebut memudahkan kita untuk berkomunikasi, berbagi informasi, dan membangun jaringan sosial.
Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul tantangan berupa penyebaran informasi salah, fitnah, hingga ujaran kebencian yang semakin mengkhawatirkan.
Media sosial bisa menjadi medan dakwah sekaligus medan ujian. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Baqarah, fitnah atau kebohongan bisa lebih berat dampaknya ketimbang membunuh. Ancaman ini menjadi pengingat bagi pengguna media sosial untuk berhati-hati.
Maka dari itu, etika dalam bermedia sosial perlu dijadikan pedoman, agar aktivitas di dunia maya tetap membawa kebaikan dan tidak menimbulkan mudarat.
Salah satu prinsip penting yang sering disebut dalam kajian Islam adalah tabayyun. Sesuai QS Al-Hujurat ayat 6, sebelum menyebarkan suatu informasi, pengguna perlu memeriksa sumbernya dan memverifikasi kebenaran konten tersebut.
Ini menjadi fondasi utama untuk menghindari hoaks dan fitnah yang bisa merusak tatanan sosial umat.
Selain tabayyun, menjaga sikap dan tutur kata juga sangat penting. Ucapan yang muncul dari tangan dan jari kita di media sosial akan dipertanggungjawabkan.
Rasulullah SAW pernah bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia berkata baik atau diam"
Adab lain yang tak kalah penting adalah menghindari praktik ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dan ujaran kebencian.
Sebagaimana ditegaskan dalam berbagai literatur Islam, ketiga perbuatan ini disamakan dengan fitnah dan harus dihindari saat bermedia sosial.
Dengan membiasakan diri berkata baik dan memposting hal-hal positif, kita turut menjaga keharmonisan dan meminimalkan konflik di ruang digital.
Selain menghindari hal negatif, Islam juga mendorong penggunaan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan ilmu pengetahuan. Melalui kanal-kanal resmi, dakwah bisa dilakukan secara kreatif dan inspiratif, misalnya berbagi ayat Al-Qur’an, hadis, atau nasihat singkat yang menyentuh hati.
Privasi juga termasuk adab yang perlu diperhatikan. Prinsip Islam mengajarkan untuk menghormati privasi orang lain, dan tidak membagikan data pribadi, foto, atau percakapan pribadi tanpa izin.
Unggahan harus mempertimbangkan apakah konten tersebut pantas ditampilkan ke publik, terutama jika melibatkan orang lain atau informasi sensitif.