LONDON - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dukungan resmi terhadap penggunaan obat penurun berat badan berbasis agonis reseptor GLP-1, seperti semaglutide (Wegovy) dan tirzepatide (Zepbound), sebagai bagian dari strategi penanganan obesitas global. Meski demikian, WHO menyoroti efek samping dan mahalnya harga obat tersebut.
Kebijakan ini menandai langkah besar dalam pendekatan kesehatan masyarakat terhadap obesitas, yang kini menjadi epidemi dengan lebih dari satu miliar penderita di seluruh dunia.
Obat-obatan ini awalnya dikembangkan untuk pengobatan diabetes tipe 2, namun telah terbukti secara klinis mampu menurunkan berat badan hingga 20 persen. Mekanismenya bekerja dengan meniru hormon GLP-1 yang menekan nafsu makan, sehingga membantu pasien mengontrol asupan kalori dan menurunkan berat badan secara signifikan.
WHO menyoroti manfaat tambahan dari penggunaan obat ini, termasuk pengurangan risiko penyakit jantung dan stroke. Namun, badan dunia itu juga memperingatkan tentang potensi efek samping seperti gangguan pencernaan, pankreatitis, dan kelumpuhan lambung yang jarang namun serius.
Meski manfaatnya menjanjikan, tantangan utama dalam adopsi global obat ini adalah soal biaya. Harga obat yang bisa mencapai lebih dari USD 1.000 per bulan dinilai tidak terjangkau bagi negara-negara berkembang. WHO tengah mempertimbangkan penetapan harga diferensial dan pengadaan kolektif sebagai solusi.
Beberapa negara seperti Inggris telah mengambil langkah progresif dengan menyediakan Wegovy dan Mounjaro melalui apotek dan layanan digital tanpa perlu rujukan dokter umum. Skema ini dinilai dapat memperluas akses dengan biaya lebih rendah dan waktu tunggu yang lebih singkat.
Dengan masuknya obat-obat penurun berat badan ini dalam wacana kebijakan WHO, diharapkan legitimasi medis terhadap obesitas sebagai penyakit kronis semakin kuat. Namun, pengawasan terhadap distribusi, harga, dan efek jangka panjang tetap menjadi tantangan besar bagi negara-negara dalam mengimplementasikan kebijakan ini secara merata.