• Info DPR

IAPF 2024, Fadli Zon Ajak Renungkan Semangat Konferensi Asia Afrika 1955

Aliyudin Sofyan | Minggu, 01/09/2024 15:18 WIB
IAPF 2024, Fadli Zon Ajak Renungkan Semangat Konferensi Asia Afrika 1955 Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon dalam sesi gelaran IAPF 2024 di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024). Foto: dpr

NUSA DUA – Forum Parlemen Indonesia-Afrika (IAPF) yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, hari ini, Minggu (1/9/2024), membuka lembaran baru dalam hubungan antara Indonesia dan negara-negara Afrika.

Dalam pidatonya, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, mengajak para peserta untuk merenungkan semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 yang berlangsung di Bandung.

Fadli Zon mengingatkan pentingnya solidaritas dan komitmen terhadap keadilan, sebagaimana diungkapkan oleh Presiden Soekarno, “Negara-negara di Konferensi ini tidak berkumpul karena pilihan tetapi karena kebutuhan.”

Kebutuhan tersebut, menurut Fadli Zon, masih relevan hingga saat ini dan menjadi alasan utama diadakannya Forum Parlemen Indonesia-Afrika.

“Sebagai pelopor Gerakan Non-Blok, kita tidak boleh kehilangan raison d’être kita. Advokasi untuk netralitas yang ‘positif’—bukan pasif—harus lebih keras, terutama dalam sistem internasional yang ada saat ini, yang sering menguntungkan kekuatan besar atau mereka yang didukung oleh kekuatan besar,” ujarnya seperti dilansir dpr.go.id.

Ia juga mengingatkan bahwa meskipun Perang Dingin telah berakhir tujuh dekade setelah Konferensi Bandung, kolonialisasi dan ketidakadilan global masih berlangsung. “Ketidakadilan, perang, persaingan kekuatan besar, dan ketimpangan ekonomi dan sosial masih menghambat jalan global menuju dunia yang adil, damai, dan inklusif untuk semua,” kata Fadli Zon.

Mengutip kata-kata Nelson Mandela, Fadli Zon menggarisbawahi bahwa kebebasan sejati tidak hanya tentang melepaskan belenggu tetapi juga hidup dengan cara yang menghormati dan meningkatkan kebebasan orang lain. Oleh karena itu, dia mengajak parlemen Afrika untuk lebih aktif dan tidak hanya berperan sebagai pengamat.

“Kita harus membangun jembatan untuk perdamaian yang berkelanjutan dan mempromosikan penghormatan terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia melalui upaya-upaya termasuk diplomasi parlemen,” tegasnya.

Forum ini juga menyajikan berbagai perspektif dari tokoh-tokoh penting seperti Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dan Ketua Majelis Nasional Zimbabwe, Jacob Mudenda. Mereka akan berbagi pandangan tentang cara-cara memperkuat kerja sama Indonesia-Afrika melalui berbagai pendekatan.

Selain itu, forum ini memberikan panggung bagi suara-suara muda, seperti Hanna Keraf, Co-Founder Du Anyam, dan Michael Victor Sianipar, Presiden Indonesia Youth Diplomacy, yang akan menyampaikan pandangan mereka mengenai kemitraan Indonesia-Afrika untuk pembangunan.

Fadli Zon menutup pidatonya dengan harapan agar forum ini dapat membuka jalan bagi penguatan kerja sama parlementer antara Indonesia dan negara-negara Afrika, mendukung perjuangan Palestina, dan menyuarakan pesan harapan untuk kemerdekaan Palestina sebagai bagian dari komitmen terhadap kemanusiaan dan solidaritas.

Indonesia sangat menghargai kerja sama dan kolaborasi dengan negara-negara Afrika untuk mencapai tujuan bersama, dengan fokus pada kemakmuran ekonomi, pertumbuhan berkelanjutan, keamanan pangan dan kesehatan, investasi, serta energi terbarukan. Dengan memperkuat jaringan dan kemitraan antar parlemen, Fadli Zon berharap dapat mendukung kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan dengan menghadapi tantangan bersama dan mendorong pembangunan strategis yang bermanfaat bagi semua negara.

Dengan semangat Konferensi Bandung dan visi untuk masa depan yang lebih baik, Forum Parlemen Indonesia-Afrika diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk kemitraan yang lebih kuat dan berkelanjutan.