• News

Lebih dari 300 Truk Bantuan Memasuki Gaza saat Warga Palestina Berjuang Melawan Kelaparan

Tri Umardini | Selasa, 09/04/2024 05:01 WIB
Lebih dari 300 Truk Bantuan Memasuki Gaza saat Warga Palestina Berjuang Melawan Kelaparan Warga Palestina yang memegang mangkuk kosong menerima makanan yang didistribusikan oleh relawan badan amal saat masyarakat menghadapi krisis kelaparan dan risiko kelaparan akibat embargo Israel yang diberlakukan di Gaza. (FOTO: ANADOLU AGENCY)

JAKARTA - Israel telah mengumumkan masuknya lebih dari 300 truk bantuan ke Gaza, volume harian tertinggi sejak perang di wilayah yang terkepung dimulai enam bulan lalu.

Namun pengiriman pada hari Senin (8/4/2024) ini masih jauh dari apa yang PBB katakan sebagai jumlah minimum yang diperlukan untuk memberi makan jutaan orang – kebanyakan dari mereka adalah pengungsi – yang berada di ambang kelaparan.

Di bawah tekanan internasional yang semakin meningkat, Israel pada hari Senin mengatakan 322 truk bantuan telah diperiksa dan diizinkan memasuki wilayah Palestina yang dibombardir secara besar-besaran.

Dalam sebuah pernyataan di X, Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah (COGAT) mengatakan 228 truk, yang mewakili 70 persen dari jumlah total, membawa makanan.

Dikutip dari Al Jazeera, beberapa truk yang melewati persimpangan Rafah selatan dengan Mesir.

Truk-truk lain juga melewati penyeberangan Karem Abu Salem, yang dikenal sebagai Kerem Shalom bagi orang Israel, menurut Tarek Abu Azzoum dari Al Jazeera, melaporkan dari Rafah.

Dia mengatakan sebagian besar konvoi kemanusiaan membawa air, gula, tepung dan kebutuhan pokok lainnya.

Namun, tidak satu pun truk dari selatan diizinkan mencapai bagian utara Gaza, yang menurut PBB dan kelompok kemanusiaan lainnya, sedang menghadapi kelaparan, tambahnya.

Juru bicara otoritas yang mengelola penyeberangan di Rafah juga mengatakan pengiriman tersebut hanyalah sebagian kecil dari apa yang terjadi sebelum perang.

“Jalur ini menderita kelaparan besar, terutama di wilayah utara dan Kota Gaza. Wilayah selatan juga menderita bencana kemanusiaan yang besar. Oleh karena itu, memberikan bantuan setiap hari saja tidak cukup,” kata Hisham Adwan.

Badan-badan bantuan PBB dan kelompok kemanusiaan lainnya kini mengatakan Gaza membutuhkan setidaknya 500 hingga 600 truk bantuan kemanusiaan dan barang-barang komersial setiap hari untuk mempertahankan situasi mengerikan di wilayah yang terkepung tersebut.

Menurut perkiraan, sekitar 1,5 juta orang yang mengungsi dari Gaza utara dan tengah kini berlindung di kota paling selatan, Rafah, yang masa depannya masih belum pasti akibat pemboman Israel yang terus-menerus dan ancaman invasi darat.

Pembatasan yang parah

Pembatasan ketat yang diberlakukan oleh Israel mengakibatkan rata-rata 20 hingga 25 truk ditolak setiap hari di Gaza. Pada beberapa hari sejak 7 Oktober, hanya sekitar 100 hingga 150 truk yang diperbolehkan masuk.

Dalam beberapa pekan terakhir, Amerika Serikat memperingatkan Israel bahwa mereka harus berkomitmen untuk melindungi warga sipil dan pekerja bantuan serta memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan atau berisiko kehilangan dukungan AS.

Israel mengatakan langkah-langkah sedang diambil untuk mempercepat pemeriksaan, transfer dan distribusi bantuan ke Gaza, dan menambahkan bahwa 257.530 ton makanan dalam 12.197 truk telah memasuki Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Namun Sean Carroll, kepala organisasi American Near East Refugee Aid, mengatakan pengiriman harian harus jauh lebih tinggi, dan bahwa lembaga-lembaga tersebut masih belum memiliki jaminan keamanan yang memadai dari Israel ketika mereka memasuki Gaza.

“Untuk memenuhi kesenjangan ekstrem dalam makanan dan kebutuhan hidup lainnya, kita perlu mengirim lebih dari 500 truk setiap hari,” katanya.

“Masalah sebenarnya adalah siapa yang akan menyalurkan semua bantuan ini,” tanyanya, seraya menambahkan bahwa UNRWA, badan bantuan PBB untuk Palestina, dilarang menyalurkan bantuan ke Gaza utara.

Menyusul insiden mematikan yang melibatkan tujuh staf World Central Kitchen, katanya, para pekerja kemanusiaan “sangat gugup” untuk melakukan pekerjaan mereka di Gaza. (*)

FOLLOW US