• News

Tumbuh 40 Persen, Kinerja Garuda Selama 2023 Kian Moncer

Aliyudin Sofyan | Senin, 01/04/2024 20:27 WIB
Tumbuh 40 Persen, Kinerja Garuda Selama 2023 Kian Moncer Ilustrasi. Pesawat Garuda Indonesia terbang landas (foto: ANTARA)

JAKARTA – Kinerja maskapai penerbangan milik pemerintah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) selama tahun 2023 kian moncer. Tercatat pertumbuhan pendapatan usaha konsolidasi di tahun kinerja 2023 sebesar 40% atau menjadi sebesar US$2,94 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yaitu US$2,1 miliar.

Demikian disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Jakarta, Senin (1/4/2024).

“Pendapatan usaha tersebut didorong dari pendapatan penerbangan berjadwal yang naik 41% y-o-y menjadi US$2,37 miliar dari sebelumnya US$1,68 miliar,” kata Irfan.

Pada penerbangan berjadwal penumpang, lanjut Irfan, tercatat tumbuh 52% dari tahun sebelumnya menjadi US$2,22 miliar.

Sedangkan pendapatan penerbangan tidak berjadwal mencatat pertumbuhan hingga 65% atau sebesar US$288,03 juta dari tahun sebelumnya yaitu US$174,81 juta. Pendapatan tersebut didapat dari penerbangan haji tahun 2023 menyumbang kenaikan signifikan hingga 154% menjadi US$235,17 juta dibandingkan tahun sebelumnya yaitu US$92,48 juta.

“Kemudian, pendapatan lain-lain turut naik 15% dari kinerja 2022 menjadi US$270,59 juta,” katanya.

Menurutnya, setelah melewati fase yang penuh tantangan di era pandemi beberapa tahun lalu dengan melaksanakan berbagai langkah perbaikan, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar US$251.996.580, sehingga semakin memperkuat fundamen positif kinerja usaha Garuda Indonesia pasca merampungkan restrukturisasi di akhir tahun 2022 lalu.

“Sepanjang tahun 2023, Garuda Indonesia Group berhasil mencatatkan kinerja operasional melalui pertumbuhan jumlah angkutan penumpang hingga 34% yakni mencapai 19.970.024 penumpang dibandingkan pada periode sebelumnya 14.848.195 penumpang. Dalam capaian tersebut, Garuda Indonesia berhasil mengangkut penumpang sebanyak 8.291.094 dan Citilink sebanyak 11.678.930 penumpang,” jelas Irfan.

Garuda Indonesia juga mencatatkan pendapatan lain-lain bersih sebesar US$ 344,794,114. Salah satu kontribusitornya dalah dari penerapan pembalikan penurunan nilai aset non-keuangan (reversal impairment asset) dengan nilai sebesar US$198 juta.

“Penerapan perlakuan akuntasi tersebut tentunya telah dilaksanakan secara penuh kehati-hatian dan prudent dengan melibatkan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP),” ungkapnya.

Selain penerapan pembalikan penurunan nilai aset non-keuangan, dalam hal pembukuan laba buku juga turut mencatat keuntungan atas penarikan kembali obligasi senilai US$63.80 juta yang dilaksanakan pada bulan Desember 2023 lalu melalui pembelian kembali sebagian Obligasi Baru 2022 di mana selisih nilai tercatat dan jumlah yang dibayarkan diakui sebagai keuntungan pembelian kembali obligasi.

“Aksi korporasi pembelian kembali sebagian obligasi tersebut menjadi salah satu proses pemenuhan kewajiban restrukturisasi, di mana dalam hal ini para pemegang Surat Utang dan Sukuk mayoritas merupakan para kreditur Garuda yang mengikuti tahapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU),” tutur Irfan.

 

Restrukturisasi utang

Langkah restrukturisasi utang Garuda Indonesia yang dimulai sejak 9 Desember 2021 berhasil membuat Garuda bangkit kembali setelah kreditur menurunkan nilai utang (induk) hingga 50% yakni dari nilai utang yang sebelumnya US$10,1 miliar menjadi US$4,6 miliar pada 2022.

Hingga saat ini Garuda terus menyelesaikan pemenuhan kewajiban pembayaran utang melalui sejumlah skema diantaranya: pelunasan bertahap melalui arus kas operasional; dikonversi menjaid ekuitas; modifikasi menjadi Ketentuan Pembayaran Baru jangka Panjang; dan penyelesaian dengan haircut dalam bentuk instrumen baru (Utang Baru dan Ekuitas Baru).

 

Target 2024

Di tahun 2024 ini, Garuda fokus mengoptimalkan pendapatan usaha melalui sejumlah aksi korporasi, di antaranya  Garuda Indonesia menargetkan penguatan armada dengan penambahan 8 pesawat. Terdiri atas 4 narrow body jenis Boeing 737-800NG dan 4 wide-body jenis Boeing 777-300ER (2) dan Airbus 330-300 (2).

Dengan adanya proyeksi penambahan pesawat tersebut, Garuda Indonesia sebagai mainbrand diperkirakan akan terdapat ketersedian 80 pesawat pada akhir tahun 2024.

Adapun sepanjang tahun 2023, Garuda Indonesia turut mencatatkan pertumbuhan tingkat utilisasi armada (flight hour) menjadi 07:55 jika dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar 06:46.

Konsistensi pertumbuhan indikator aspek operasional tersebut juga terefleksikan melalui jumlah frekuensi penerbangan yang dilayani sepanjang tahun 2023 yakni sebesar 145.500 tumbuh sekitar 38% jika dibandingkan dengan tahun 2022 lalu.

 

Optimalisasi Kinerja Anak Usaha

Selain itu, inisiatif peningkatan kinerja turut dimaksimalkan melalui kinerja anak usaha Garuda Indonesia. Hal ini tercermin dari beberapa prospek bisnis yang mulai dijajaki oleh lini usaha GMF Aero Asia (GMFI) – bergerak di bidang perawatan pesawat udara – yang pada tahun kinerja 2023 juga turut berhasil mencatatkan pencapaian pendapatan usaha sebesar US$373.2 juta. Tumbuh sebesar 56.9% dari tahun sebelumnya.

GMFI juga berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$20.2 juta sepanjang tahun 2023.

Sementara itu, Citilink saat ini juga terus memperkuat pangsa pasar dengan memfokuskan pengembangan jaringan penerbangan pada segmentasi pasar low-cost serta penerbangan perintis.

Melalui langkah pengembangan portofolio bisnis yang dilakukan Citilink, pada tahun 2023 maskapai penerbangan yang bergerak di segmentasi low cost carrier ini berhasil mencatatkan pertumbuhan penumpang  sebesar 25,74% menjadi 11,68 juta penumpang.

Capaian tersebut diperlihatkan melalui tingkat keterisian kursi pesawat untuk YTD Desember 2023 dimana Citilink mencatatkan angka 78,70%, tumbuh sebesar 1,50pp dibanding capaian tahun sebelumnya yang mencatatkan angka sebesar 77,20%.

Garuda Indonesia turut mencatatkan pertumbuhan fundamen kinerja keuangan dan operasi yang solid. Hal tersebut salah satunya direpresentasikan melalui posisi EBITDA FY 2023 yang terus mencatatkan improvement dibandingkan kinerja FY 2022.

Selain itu, liabilitas jangka pendek Garuda Indonesia juga mencatatkan penurunan sekitar 30% dari tahun 2022 sebesar US$1,681,029,672 menjadi US$1,165,155,552.

“Penurunan liabilitas jangka pendek ini menjadi inidikator penting dalam menggambarkan soliditas penyehatan kinerja keuangan khususnya terkait nilai utang usaha pada tahun kinerja berjalan,” kata Irfan.

Selain itu, indikator ASK (available seat kilometer) juga menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 41,5% dari tahun 2022 lalu.

Lebih lanjut, angkutan kargo yang sebelumnya menunjukan tren penurunan hingga pertengahan tahun lalu, pada penutup tahun kinerja 2023 juga menunjukan pertumbuhan dengan outlook yang positif yakni sebesar 9,8% menjadi 48,5 ribu ton pada kuartal 4-2023 jika dibandingkan dari tahun kuartal 3-2023 sebesar 44,2 ribu ton.

“Dengan beberapa indikator tersebut, langkah akselerasi kinerja usaha Garuda Indonesia di tahun 2024 ini akan difokuskan pada upaya memaksimalkan potensi revenue pada lini komersial termasuk kargo dan penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal,” ujarnya.

“Juga ancillary revenue, penyelarasan landasan kinerja korporasi terkait dengan pengelolaan beban usaha secara ideal hingga optimalisasi tatalaksana manajemen risiko dalam mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban usaha perusahaan secara jangka Panjang,” imbuh Irfan.

 

Proyeksi 2024

Pasca restrukturisasi, Garuda Indonesia terus melakukan pembenahan optimalisasi kinerja sejalan dengan proyeksi pemulihan industry penerbangan yang diperkirakan akan tumbuh bertahap.

“Dirampungkannya restrukturisasi pada akhir tahun 2022 lalu, memberikan kesempatan bagi Perusahaan untuk melakukan perubahan fundamen secara menyeluruh pada seluruh landasan bisnis kinerja usaha yang keseluruhan prosesnya kami lakukan secara prudent,” jelas Irfan.

"Dengan fundamen kinerja yang secara bertahap terus menunjukan pemulihan yang konsisten termasuk melalui langkah perbaikan ekuitas yang terukur, kami optimis tahun 2024 akan menjadi tahun yang monumental dalam langkah akselerasi kinerja usaha Garuda Indonesia. Sejalan dengan proyeksi IATA yang meramalkan industro penerbangan di tahun 2024 akan menyelesaikan fase recovery-nya secara bertahap,” pungkas Irfan.

FOLLOW US