• News

Prancis Kutuk Pembunuhan Pekerjanya dalam Serangan Israel di Rafah Gaza

Tri Umardini | Senin, 18/12/2023 03:01 WIB
Prancis Kutuk Pembunuhan Pekerjanya dalam Serangan Israel di Rafah Gaza Prancis Kutuk Pembunuhan Pekerjanya dalam Serangan Israel di Rafah Gaza (FOTO: AFP)

JAKARTA - Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis mengutuk pemboman Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Rafah yang menewaskan salah satu stafnya di wilayah yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman.

Prancis mengutuk pemboman terhadap bangunan tempat tinggal yang menyebabkan kematian banyak warga sipil lainnya. Kami menuntut agar semua pihak berwenang Israel menjelaskan kejadian pemboman ini, secepat mungkin,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (17/12/2023).

Rumah tersebut dihantam pada Rabu malam, menewaskan karyawan tersebut dan 10 orang lainnya yang selama ini berlindung bersama rekan kerja dan anggota keluarganya di lokasi pemukiman.

Pegawai tersebut telah bekerja dengan pemerintah Prancis di Gaza sejak tahun 2002, dan beberapa anggota keluarganya telah dievakuasi dari Gaza, kata kementerian tersebut, sambil menyampaikan belasungkawa.

Pernyataan kementerian tersebut dikeluarkan pada saat tekanan eksternal terhadap Israel meningkat akibat serangan bom “tanpa pandang bulu” di Gaza. Lebih dari 80 persen dari hampir 19.000 warga Palestina yang terbunuh adalah warga sipil.

Menteri Luar Negeri Perancis Catherine Colonna pada hari Minggu mendesak gencatan senjata “segera dan tahan lama” dalam perang Gaza, menambahkan Paris “sangat prihatin” atas situasi di wilayah Palestina yang dilanda perang.

“Terlalu banyak warga sipil yang terbunuh,” kata Catherine Colonna saat memberikan sambutan di Tel Aviv bersama timpalannya dari Israel Eli Cohen, ketika Israel melanjutkan serangannya setelah serangan tanggal 7 Oktober yang telah meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah.

Rumah tersebut dihantam pada Rabu malam, menewaskan karyawan tersebut dan 10 orang lainnya yang selama ini berlindung bersama rekan kerja dan anggota keluarganya di lokasi pemukiman.

Pegawai tersebut telah bekerja dengan pemerintah Perancis di Gaza sejak tahun 2002, dan beberapa anggota keluarganya telah dievakuasi dari Gaza, kata kementerian tersebut, sambil menyampaikan belasungkawa.

Menteri Luar Negeri Perancis Catherine Colonna pada hari Minggu mendesak gencatan senjata “segera dan tahan lama” dalam perang Gaza, menambahkan Paris “sangat prihatin” atas situasi di wilayah Palestina yang dilanda perang.

“Terlalu banyak warga sipil yang terbunuh,” kata Colonna saat memberikan sambutan di Tel Aviv bersama timpalannya dari Israel Eli Cohen, ketika Israel melanjutkan serangannya setelah serangan tanggal 7 Oktober yang telah meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah.

Setidaknya 1.140 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam serangan Hamas dan 240 orang ditawan. Lusinan dari mereka dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata akhir bulan lalu.

Catherine Colonna juga berencana untuk mencapai kesepakatan dengan rekannya dari Palestina Riyad al-Maliki di Tepi Barat yang diduduki selama perjalanannya.

Sesaat sebelum kedatangannya di Israel, Catherine Colonna mengutuk meningkatnya serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

“Sayangnya, sejak 7 Oktober, beberapa pemukim, didorong oleh kebutaan ideologi mereka… telah melakukan kejahatan” terhadap warga Palestina, katanya, seraya menambahkan bahwa “para pemukim ini harus dihukum”.

Lebih dari 290 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel atau pemukim Israel di Tepi Barat sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut. (*)

 

 

FOLLOW US