• Kabar Pertanian

Pemda Kolaka Siap Viralkan Pertanian Organik Kementan

Agus Mughni Muttaqin | Selasa, 12/12/2023 12:15 WIB
Pemda Kolaka Siap Viralkan Pertanian Organik Kementan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kolaka, Ir. H. Syafruddin. (Foto: Kementan)

KOLAKA - Pemerintah Kabupaten (Pemda) mendukung pertanian organik yang diinisiasi Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai sebuah gerakan yang harus diviralkan di masyarakat. Hal ini mengingat dampak positifnya yang sangat baik untuk kelangsungan lingkungan dan kesehatan manusia.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi menyampaikan, upaya meningkatkan produktivitas, kualitas, kontinuitas pertanian harus memperhatikan lingkungan.

"Percuma kita menggenjot produktivitas pertanian jika lingkungan tercemar oleh gas-gas beracun. Jadi, kita harus naik kelas berarti tidak hanya menggenjot produkitivas, tetapi juga wajib hukumnya memelihara lingkungan," kata Dedi.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kolaka, Ir. H. Syafruddin mengatakan, pertanian organik yang dijalankan Kementan melalui Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling-up Innitiative (READSI) di Kabupaten Kolaka sangat membantu petani.

“Kalau program kita nunggu-nunggu setiap tahun. Kalau ini sudah menjadi gerakan masyarakat bisa booming ini dan mudah-mudahan Kolaka bisa menjadi pionir daerah lain untuk menerapkan pertanian organik. Ini sehat, ini aman dan bisa memperbaiki lingkungan,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (8/12/2023).

Menurutnya, pangan saat ini kurang sehat dan kurang aman. Oleh karena itu, pertanian organik ini mutlak harus dijadikan sebagai sebuah gerakan untuk menghasilkan pangan yang sehat dan berkelanjutan. “Dengan organik ini insyaallah produk-produk pangan kita bisa jadi sehat dan berkelanjutan,” katanya.

Di Kolaka, dia mengatakan, pertanian organik sudah berjalan di beberapa titik dan petani sudah melihat lompatan dari sisi produktivitas, pendapatan, kesuburan tanah, dan yang lebih penting petani mampu menekan ongkos produksi.

“Jadi, dari segi produktivitas jelas berbeda. Pertanian organik lebih tinggi. Kemudian dari segi kesuburan tanah terjaga. Kita bisa ambil contoh di sawah kalau pakai pupuk urea dan kimia lainnya hanya 4 ton per hektare. Kalau pupuk organik lebih tinggi produktivitas,” katanya.

“Dari segi pendapatan jelas lebih untung ini karena dia menggunakan bahan-bahan alami dibandingkan membeli pupuk yang subsidi dan nonsubsidi yang harganya tinggi. Kalau dikalkulasi akhir pendapatan jelas lebih tinggi organik,” sambungnya.

Dia mengatakan, problem yang dihadapi pertanian organik saat ini adalah belum menemukan pasar yang sesuai. Karena itu, dia berharap ada sertifikat yang bisa diterbitkan pemerintah agar pertanian organik ini bisa dihargai tinggi. Terlebih, pihaknya sudah bekerja sama dengan PT Vale dan Antam yang siap membeli hasil organik petani.

“Cuman itu yang saya bilang tadi supaya harganya dihargai lebih tinggi problemnya yang kita hadapi, seakan-akan kesannya antara produk yang organik dan anorganik sama. Mestinya ini dihargai supaya ini bisa memotivasi petani lain bisa beralih ke pertanian organik,” katanya.

Sementara itu, Manajer DPMO READSI Kolaka, Eko Novrianto mengatakan, pertanian organik di Kolaka berhasil meningkatkan produksi pertanian. Sebagai contoh, padi sawah, dari sebelumnya hanya dikisaran 4-4,5 ton per hektare, meningkat menjadi 5-7 ton per hektare.

“Saya ambil contoh padi sawah di Kabupaten Kolaka, memang rata-rata produksi kami di Kabupaten Kolaka ini secara global antara 4-4,5 ton per hektare. Namun ada beberapa yang mencoba pengembangan padi organik khususnya dari petani READSI sempat mencapai produktivitas sampai 5-7 ton per hektare. Itu setelah diubin statistik,” katanya.

Hanya saja, kata dia, kendala utama pertanian organik di Kolaka saat ini adalah kurangnya kesadaran dan keyakinan petani untuk mengembangkan pertanian organik. Terlebih pertanian anorganik bila dibandingkan organik hasilnya jauh lebih baik.

"Kami terus berupaya agar pertanian organik di Kabupaten Kolaka ini, khususnya melaui program READSI ini bisa sedikit demi sedikit bisa kami kembangkan, sehingga ke depannya pertanian organik di Kabupaten Kolaka bisa terlaksana secara merata," ujarnya.

Namun, dia menyadari bahwa sejak Program READSI masuk ke Kabupaten Kolaka, beberapa petani ini sudah berani mengambil resiko. Artinya, petani ini sudah berani mengembangkan pertanian organik di wilayahnya sendiri dan sudah mencoba mencari pasar yang jelas.

"Namun, setelah itu, ada beberapa petani READSI yang telah dilatih untuk mengembangkan pertanian organik memang ada perubahan signifikan, para petani ini ada kesadaran sudah berani mengambil resiko," katanya.

FOLLOW US