• Oase

Agungnya Kedudukan Shalat dalam Islam

Pamudji Slamet | Minggu, 22/10/2023 05:45 WIB
Agungnya Kedudukan Shalat dalam Islam Ilustrasi

JAKARTA - Dalam syariat Islam, mekanisme turunnya sebuah perintah untuk melakukan suatu amalan tertentu adalah melalui wahyu yang Allah ﷻ turunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ melalui perantara Malaikat Jibril.

Perintah zakat Allah ﷻ turunkan dengan wahyu sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103. Perintah puasa turun dengan wahyu sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Dan begitu pula seluruh amalan-amalan ibadah dalam syariat Islam, Allah ﷻ perintahkan melalui turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Akan tetapi amalan shalat, tidak seperti amalan lainnya. Kedudukannya begitu agung di sisi Allah ﷻ sehingga tak cukup hanya dengan turunnya wahyu. Melainkan shalat, adalah satu-satunya amalan ibadah yang Allah ﷻ perintahkan langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ tanpa perantara wahyu ataupun perantara Malaikat Jibril.

Perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu tidak turun dari langit ke Bumi, melainkan pada peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ yang naik dari bumi ke langit untuk menerima syariat yang agung ini. Hal tersebut dapat menggambarkan kepada kita secara garis besar mengenai betapa agung dan betapa berharganya amalan shalat dalam Islam, sehingga Allah ﷻ mengkhususkannya dibanding amalan-amalan lainnya dengan memerintahkannya langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ tanpa perantara.

Diantara hikmah dari pengkhususan ini adalah karena shalat memiliki kedudukan dalam Islam yang tidak dimiliki oleh amalan lainnya. Shalat berkedudukan sebagai tiang agama, Rasulullah ﷺ bersabda:
الصلاة عماد الدين
“Shalat adalah tiang agama” (HR. Bukhari)

Shalat diibaratkan seperti tiang yang disandarkan kepadanya sesuatu yang lain. Seperti sebuah rumah yang dapat berdiri kokoh dengan bersandar kepada tiang-tiangnya.

Imam Ash-shan`ani berkata dalam kitabnya Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir bahwa agama diibaratkan seperti sebuah tenda dan shalat adalah tiangnya. Tanpa tiang-tiangnya, sebuah tenda hanyalah sebilah kain, tidak bisa berdiri dan tidak bermanfaat. Tiang-tiangnya lah yang dapat menjadikannya sebuah tenda yang bisa bermanfaat melindungi penghuninya. Begitulah agama, tanpa shalat agama tidak akan berdiri dan tidak akan bermanfaat bagi pemeluknya.

Maka tak heran lagi jika kelak di hari kiamat amalan shalat akan menjadi amalan pertama yang akan dihisab atau dihitung dari diri seorang hamba. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya: “Sesungguhnya amalan pertama yang dihisab dari manusia pada hari kiamat adalah shalat. Tuhan kita akan berfirman kepada para malaikat sedang Dia yang Maha Mengetahui: “Lihatlah pada shalat hamba-Ku apakah ia menyempurnakannya atau tidak?” Dan jika ia menyempurnakannya maka akan ditetapkan sempurna baginya, dan jika ia tidak menyempurnakannya maka Dia berfirman: “Lihatlah apakah hamba-Ku melaksanakan shalat sunnah?” dan jika ia melaksanakan shalat sunnah, Dia berfirman: “sempurnakan amalan wajibnya dengan amalan sunnahnya. Lalu amalan-amalan perbuatan itu dihisab berdasarkan hal tersebut” (HR. Abu Daud)

Allah ﷻ adalah Tuhan kita yang telah menciptakan kita. Dia lah yang telah mencukupkan rezeki kita, mengatur kehidupan kita, memberikan segala kenikmatan kepada kita, Dia telah membimbing kita menuju nikmat yang paling agung yaitu nikmat Islam, Dia lah yang telah menganugerahkan kita dengan nikmat hidayah berupa iman yang masih tertanam di dalam hati kita. Maka bukan kah sebuah hal yang wajar, bagi kita sebagai hamba-hamba-Nya untuk menjadi seorang hamba yang bersyukur dengan melaksanakan ibadah shalat? ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha istri Nabi ﷺ yang mulia, suatu waktu pernah bercerita: “Rasulullah ﷺ jika ia shalat, ia berdiri hingga pecah-pecah tapak kakinya, maka aku berkata kepadanya: “Wahai Rasulullah apakah kamu melakukan ini sedangkan dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni?” kemudian Rasulullah ﷺ menjawab:

يا عائشة أفلا أكون عبدا شكورا ؟
"Wahai ‘Aisyah, apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?” (HR. Muslim)

Maka dari itu, sempurnakanlah shalat dan jangan sampai kita lalai terhadapnya, baik itu shalat wajib lima waktu ataupun shalat sunnah. Senantiasalah ingat bahwa keadaan kita di akhirat kelak bergantung pada keadaan shalat kita pada saat ini. Rasulullah ﷺ bersabda:

فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
"Jika ia (shalat) baik, maka ia telah beruntung dan berhasil, dan jika ia (shalat) rusak, maka ia telah gagal dan merugi” (HR. Tirmidzi)

(Kontributor: Laksana Ibrahim - Alumni Pesantren Islam Al Irsyad - Tengaran, Kabupaten Semarang)

 

Keywords :

FOLLOW US