Di Bawah Tekanan El Nino, Kepala NFA: Petani Masih Tanam dan Panen

Eko Budhiarto | Minggu, 08/10/2023 13:26 WIB
Di Bawah Tekanan El Nino, Kepala NFA: Petani Masih Tanam dan Panen Kepala Badan Pangan Nasional/Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi mendampingi Presiden Joko Widodo panen padi di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (8/10/2023)

SUBANG - Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) yang juga Plt. Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi menegaskan, petani masih menanam dan memanen padi kendati di bawah tekanan El Nino.

Arief menyampaikan hal itu saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan panen padi di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (8/10/2023).

“(Fenomena) El Nino apapun memberikan pengaruh pada produksi, memberi pengaruh pada hasil panen yang ada. Ini di Kabupaten Subang bagus, mungkin minggu depan saya mau lihat yang di Indramayu. Tetapi sekali lagi karena El Nino produksi itu tetap menurun, tetap berkurang. Tapi tidak ada masalah karena cadangan kita di Bulog juga masih banyak. (Ada) 1,7 juta ton,” kata Presiden.

Presiden yang mendengarkan langsung aspirasi petani menuturkan bahwa kalangan petani merasa senang dengan harga gabah saat ini yang semakin baik. Namun Kepala Negara menegaskan upaya stabilisasi pasokan dan harga beras di tingkat konsumen terus dilakukan pemerintah.

“Petaninya senang (karena) harga gabahnya (baik). Kalau petaninya senang, ini yang tidak senang pembeli berasnya. (Ini) yang harus kita atasi dengan memasok (Cadangan Beras Pemerintah) sebanyak-banyaknya ke pasar agar harga bisa turun. Sementara ini, di (Pasar Induk Beras) Cipinang harga sudah turun. Tapi kita harapkan juga di pasar eceran sudah (harga menurun), di konsumen juga kita harapkan juga bisa turun,” papar Presiden.

Presiden memastikan pemerintah terus fokus dalam upaya menstabilkan harga beras bagi masyarakat. Harga beras di Indonesia dikatakannya masih lebih rendah dibandingkan harga beras di negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura, Brunei, dan Timor Leste.

Di kesempatan yang sama, Arief menyatakan panen padi hari ini diharapkan dapat mendorong penguatan produksi pangan nasional. Apabila produksi mulai terakselerasi, akan dapat memenuhi kebutuhan pasokan sehingga stabilitas harga diharapkan terjaga.

"Hari ini bersama Bapak Presiden melihat langsung panen padi. Petani kita masih bisa tanam dan panen. Total luasan panen yang ada di Subang mencapai 500 hektar. Kita juga melihat kiprah PT Sang Hyang Seri (SHS) sebagai BUMN yang fokus di benih bibit unggul. Ke depannya kita terus dorong ekosistem budidaya pertanian yang sifatnya end to end," terang Arief.

Arief juga mengungkapkan bahwa pada lokasi yang tidak jauh dari lokasi panen bersama Presiden hari ini, NFA bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian BUMN, dan pelaku usaha sektor pangan telah memprakarsai pilot project budidaya pertanian berbasis bibit unggul sejak Juli lalu. Ini turut melibatkan BUMN sebagai penyedia bibit dan pemilik lahan pertanian serta sebagai offtaker hasil panen.

“Di Juli lalu, kami menggagas suatu project pilot pada Demonstration Area (Dem Area) seluas 47,25 hektar. Itu berlokasi di lahan SHS. Disana telah ditanami padi bibit unggul berbagai varietas dan teknologi tanam tertentu. Secara umum, kita optimis taksiran panennya mencapai 7 ton per hektar. Selanjutnya hasil panen akan langsung diserap oleh Perum Bulog sebagai offtaker,” beber Arief.

Nantinya skema closed loop seperti ini akan dilakukan replikasi pembudidayaan secara luas dan masif ke berbagai daerah. Arief meyakini skema pengadaan beras sejak on farm merupakan salah satu strategi yang tepat dalam pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang berbasis produksi dalam negeri.

“Skema ini dapat menjadi semacam closed loop untuk pemenuhan CBP yang berkesinambungan. Bibitnya dari SHS. Pendampingannya juga kita siapkan. Hasilnya diserap oleh Bulog dengan harga yang baik, sehingga Bulog akan dimudahkan untuk penyerapan pasokan dari dalam negeri. Petani pun bisa lebih terjamin,” tutur Kepala NFA.

Lebih lanjut, dikatakannya NFA sangat memerhatikan kepentingan petani untuk dapat terus termotivasi untuk berproduksi. Pada awal tahun, NFA telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang berfungsi sebagai jaring pengaman agar harga GKP tidak jatuh, terutama pada saat panen raya.

“Hari ini petani padi mengaku ke Bapak Presiden senang dengan harga gabah yang baik. Kalau di hulu sudah bersemangat produksi, nanti di hilir akan merasakan dampak positifnya. Semua harus seimbang agar dapat menciptakan situasi petani sejahtera, pedagang untung, dan masyarakat tersenyum,” ucap Arief.

Menukil data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) pada September 2023 mencapai 111,56 atau meningkat 13% dibandingkan September 2022 (year on year). Pasca diterbitkannya Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafakasi Harga Gabah dan Beras, serta Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras di Maret 2023, NTPP di Mei 2023 tercatat di 95,70 dan semakin melejit hingga 111,56 pada September 2023.

“Kondisi harga di petani saat ini baik. Indikatornya dapat dilihat pada kenaikan NTPP September 2023 yang tercatat di angka 111,56. Ini menunjukan bahwa pemerintah selalu mendorong petani supaya lebih produktif dan lebih semangat menanam, sehingga persoalan di hulu yakni produksi dapat teratasi. Selanjutnya kita terus fokus di hilir yaitu menstabilkan harga, terutama beras,” pungkas Arief.

Sementara itu, harga beras medium di pasaran mulai menunjukkan situasi yang kondusif. Berdasarkan data Panel Harga NFA, terpantau harga beras medium di tingkat pedagang eceran per 7 Oktober 2023 Rp 13.180 per kg. Mengalami penurunan 0,3 persen atau 40 poin dari 1 Oktober di mana harga beras tersebut tercatat Rp 13.220 per kg.

Sementara harga beras medium IR-III di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) juga mengalami penurunan dari Rp 11.331 per kg pada 1 Oktober 2023, menjadi Rp 11.106 per kg per 6 Oktober 2023. Adapun pasokan beras di PIBC juga terus dijaga agar stoknya dalam kondisi normal. Per  6 Oktober 2023 stok PIBC mencapai 29 ribu ton.

 

FOLLOW US