• News

Alarm Tanda Bahaya Bernama Polusi Udara

Pamudji Slamet | Minggu, 03/09/2023 16:23 WIB
Alarm Tanda Bahaya Bernama Polusi Udara Polusi udara di Kota Jakarta. (FOTO: ANTARA)

JAKARTA - Pemberitaan tentang polusi udara mendadak membetot perhatian  masyarakat perkotaan, khususnya di wilayah Jabodetabek. Berbagai pihak pun angkat bicara, mulai dari skala pencemarannya,  dampak turunannya,  hingga akar masalahnya.

Alarm tanda bahaya telah menyala. Masyarakat pun semakin waspada akan efek buruk pencemaran udara. Tentu saja, efek buruk yang paling diwaspadai adalah yang berkaitan langsung dengan kesehatan.

"Yang paling berbahaya adalah PM 2.5 karena ini berbentuk partikel yang kecil sekali, bisa masuk ke pembuluh darah, turun ke paru-paru," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR-RI, di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (30/8/2023).

Polusi udara telah memicu munculnya
penyakit pernapasan, seperti pneumonia, tuberkulosis, ISPA, asma, PPOK, dan kanker paru-paru. Pada 2022, penanganan penyakit pernapasan disebut-sebut telah
menyedot anggaran belanja BPJS sebesar Rp 10 triliun.

Usia Harapan Hidup
Paparan penyakit pernapasan di tengah deraan polusi udara juga
juga sangat ampuh memendekkan usia harapan hidup. Hal ini disampaikan oleh Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof. Tjandra Yoga Aditama, yang merujuk penelitian Air Quality Life Index (AQLI) di India tahun 2021. Dari penelitian ini diketahui, polusi udara dapat berdampak pada usia harapan hidup masyarakat di sana.

"Publikasi 29 Agustus 2023 ini adalah analisa berdasar data tahun 2021, di mana pada tahun itu kadar rata-rata tahunan PM2.5 di New Delhi adalah 126.5 g/m3, artinya lebih 25 kali dari batas rekomendasi WHO yang 5 g/m3. Angka bahan partikulat juga tercatat tinggi di New Delhi pada tahun 2021 itu," kata Tjandra.

Tjandra mengatakan tingginya kadar polusi udara tahun 2021 memberi dampak penurunan rentang usia penduduk New Delhi menjadi lebih pendek 11,9 tahun. Angka penurunan tersebut merujuk kepada batas aman menurut WHO.

Sumber Polutan
Di Indonesia, polusi udara membawa polutan berbahaya, dengan angka particulate matter (PM) 2.5. Itulah kenapa penulisan frasa polusi udara selalu menyertakan angka PM 2.5.

Mengacu kepada ketentuan WHO, jika frasa penulisannya berbunyi Polusi Udara PM 2.5 berarti di dalamnya terkandung polutan berukuran 2,5 mikron.Menurut Budi, PM 2.5 menjadi ukuran acuan negara berpolusi udara tinggi.

Lalu dari mana PM 2.5 datang? Secara umum, PM 2.5 berasal dari pembakaran karbon. Ada banyak sumber pembakaran, diantaranya  bahan bakar transportasi, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), industri yang memerlukan pembakaran seperti smelter baja, hingga pembakaran pada sampah. Di sini lah akar masalahnya, pembakaran karbon dari tempat, alat, dan aktivitas yang dekat dengan keseharian masyarakat.

Penyumbang Polusi
Keterangan terkini menyebutkan, ada 351 industri yang berkontribusi menyumbang polusi udara di wilayah Jabodetabek.

"Dalam catatan kami ada 351 unit usaha, termasuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar.

Sejak 21 Agustus 2023, KLHK menurunkan 100 personel pejabat pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan ke enam titik lokasi, yaitu Marunda, Cakung, Kelapa Gading, Pulo Gadung, Bekasi, dan Karawang.

Tim itu bertugas mengawasi dan menindak sumber-sumber pencemaran tidak bergerak, seperti PLTU maupun PLTD, industri, pembakaran sampah terbuka, limbah elektronik, dan lain sebagainya di wilayah Jabodetabek.

Hasilnya, terdapat 161 unit industri yang mendapat prioritas penanganan. Selanjutnya,  menutup cerobong-cerobong yang terbukti mengeluarkan asap sebanyak 11 unit di sekitar Lubang Buaya, Jakarta Timur; dan Bantar Gebang di Bekasi, Jawa Barat.

Setelah industri penyumbang polusi ditutup, kata Siti, kualitas udara di Lubang Buaya dan Bantar Gebang meningkat.

Langkah penanganan telah dilakukan. Apakah sudah tepat dan efektif?  Waktu yang akan menjawab.

 

FOLLOW US