• News

WMO: Permukaan Laut Pulau Pasifik Naik Lebih Cepat dari Rata-rata Global

Yati Maulana | Sabtu, 19/08/2023 13:01 WIB
WMO: Permukaan Laut Pulau Pasifik Naik Lebih Cepat dari Rata-rata Global Sinar matahari pagi pertama menerpa masyarakat pulau Desa Serua, Fiji, 15 Juli 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Permukaan laut di Pasifik Barat Daya naik lebih cepat dari rata-rata global, mengancam pulau-pulau dataran rendah sementara panas merusak ekosistem laut, kata badan meteorologi PBB pada Jumat.

Dalam laporan Keadaan Iklim di Pasifik Barat Daya 2022, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan ketinggian air naik sekitar 4 mm per tahun di beberapa area, sedikit di atas tingkat rata-rata global.

Itu berarti wilayah dataran rendah seperti Tuvalu dan Kepulauan Solomon dari waktu ke waktu dapat menjadi banjir, menghancurkan tanah pertanian dan layak huni dengan penduduk yang tidak dapat pindah ke tempat yang lebih tinggi.

Laporan tersebut menambahkan bahwa gelombang panas laut telah terjadi di wilayah yang luas di timur laut Australia dan selatan Papua Nugini selama lebih dari enam bulan, memengaruhi kehidupan laut dan mata pencaharian masyarakat setempat.

Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan bahwa El Niño, pemanasan suhu permukaan air di Samudra Pasifik bagian timur dan tengah yang kembali terjadi tahun ini, akan sangat mempengaruhi kawasan tersebut.

"Ini akan berdampak besar pada wilayah Pasifik Barat Daya karena sering dikaitkan dengan suhu yang lebih tinggi, pola cuaca yang mengganggu, dan lebih banyak gelombang panas laut serta pemutihan karang," kata Taalas dalam sebuah pernyataan.

Wilayah tersebut tahun lalu mencatat 35 bencana alam, termasuk banjir dan badai, yang menewaskan lebih dari 700 orang, menurut laporan tersebut. Bahaya ini secara langsung mempengaruhi lebih dari 8 juta orang.

Meskipun jumlah peristiwa cuaca bencana yang dilaporkan di wilayah tersebut menurun tahun lalu dibandingkan tahun 2021, skala kerugian ekonomi akibat banjir dan peristiwa cuaca meningkat, menurut laporan tersebut.

Kerusakan akibat banjir, termasuk di Australia dan Filipina, mencapai $8,5 miliar, hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.

FOLLOW US