• Oase

Ketika Rasulullah Dijuluki Al-Amiin

Pamudji Slamet | Kamis, 13/07/2023 09:14 WIB
Ketika Rasulullah Dijuluki Al-Amiin Ilustrasi

JAKARTA - Rasulullah ﷺ adalah manusia paling mulia di muka bumi. Beliau memiliki begitu banyak sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, dan amanah. Beliau bahkan memiliki julukan di kalangan kaum Quraisy, yaitu Al-Amiin yang berarti “yang amanah” atau “yang dapat dipercaya”. Allah ﷻ berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau benar-bernar berbudi pekerti yang luhur” (Q.S Al-Qolam: 4).

Karena budi pekerti inilah Rasulullah ﷺ sangat dihormati di kalangan kaum Quraisy. Bahkan oleh musuh-musuhnya sekalipun. Dikisahkan dalam Kitab Tafsir Al-Qurthubi bahwa Abu Jahl sekalipun, salah satu musuh paling besar Nabi ﷺ bersumpah bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah orang yang jujur dan amanah.

Inilah salah satu bukti agungnya budi pekerti Rasulullah ﷺ, sampai-sampai musuhnya yang sangat membencinya tetap mengakui bahwasannya beliau ﷺ adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya.

Salah satu kisah pada masa sebelum kenabian nabi ﷺ yang membuat kaum Quraisy sangat menghormati Nabi ﷺ dan menjulukinya dengan julukan Al-Amiin adalah ketika ia menyelesaikan pertikaian antara kabilah-kabilah Quraisy.

Dikisahkan dalam Kitab Al-Muntazhom Fii Tariikhil Muluuki Wal Umam bahwa 5 tahun sebelum kenabian Nabi ﷺ, yaitu ketika Nabi ﷺ berumur 35 tahun, Kaum Quraisy kala itu sedang membangun ulang Ka’bah karena kondisi dinding-dindingnya yang sudah retak. Mereka membagi-bagi tugas untuk setiap kabilah dalam pembangunan tersebut.

Proses pembangunan berjalan lancar sampai ka’bah selesai dibangun ulang dengan sempurna. Hanya saja, terdapat satu hal yang belum mereka kerjakan, yaitu meletakkan batu hajar aswad di tempatnya. Karena hal inilah terjadi perselisihan sengit antara kabilah-kabilah Quraisy, setiap kabilah ingin mendapatkan keutamaan menjadi kabilah yang meletakkan hajar aswad di tempatnya.

Perselisihan ini begitu sengit tanpa ada satu kabilah pun yang mau mengalah, sampai-sampai kabilah Banu ‘Abdiddaar mengambil sebuah nampan berisi darah kemudian memasukkan tangan mereka kedalamnya seraya berjanji tak akan mengalah sampai mereka mati. Aksi ini sontak memicu kabilah lain untuk bereaksi, sampai-sampai hampir terjadi perang diantara Kaum Quraisy.

Melihat hal ini, Abu Umayyah bin Al-Mughiroh pemimpin Quraisy pada saat itu, menenangkan situasi dan menawarkan sebuah solusi. Solusi yang ia berikan adalah menjadikan orang pertama yang masuk ke Masjidil Haram pada saat itu sebagai hakim yang akan memberikan keputusan. Kemudian seluruh kabilah bermusyawarah dan pada akhirnya sepakat dengan solusi tersebut.

Alhasil mereka semua menunggu dan pada akhirnya orang pertama yang datang adalah Nabi Muhammad ﷺ. Maka ketika mereka melihatnya sontak mereka berkata: “inilah orang yang dapat kita percaya (Al-Amiin), kami ridho dengan dia, inilah Muhammad”.

Kemudian mereka menjelaskan permasalahannya kepada Nabi Muhammad ﷺ, lantas Nabi ﷺ berkata: “berikan padaku selembar kain” kemudian diberikannya selembar kain dan Nabi ﷺ meletakkan hajar aswad diatas kain tersebut kemudian berkata “hendaknya seluruh kabilah mengambil bagian dari kain ini”. Kemudian ketika semua perwakilan kabilah mengambil bagian dari kain tersebut Rasulullah ﷺ berkata: “angkatlah bersamaan!”.Kemudian mereka mengangkatnya bersama-sama dan meletakkan hajar aswad pada tempatnya bersama-sama pula.

Semenjak itulah Kaum Quraisy begitu menghormati Nabi ﷺ karena solusi yang ia berikan dapat menyelesaikan pertikaian antara kabilah-kabilah Quraisy.

Begitulah kisah singkat ketika Nabi Muhammad ﷺ dijuluki dengan Al-Amiin. Tentunya setelah mengetahui
kisah ini, semoga kita dapat meneladaninya dan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seorang yang jujur dan amanah. (Kontributor: Laksana Ibrahim/Alumni Pesantren Al
Irsyad - Tengaran)

 

FOLLOW US