• Oase

Ya Allah Aku Beriman KepadaMu, Sungguh-sungguh Beriman

Pamudji Slamet | Senin, 10/07/2023 06:56 WIB
Ya Allah Aku Beriman KepadaMu, Sungguh-sungguh Beriman Ilustrasi

JAKARTA - Sebagai muslim, kita pasti dan wajib beriman kepada Allah ﷻ. Akan tetapi apakah ada cara untuk membuktikan keimanan tersebut? Ini jawabannya.

Dikutip dari kitab Al-‘Aqiidah Wal Adyaan karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin dan beberapa ulama lainnya, terdapat 4 metode pembuktian tersebut. Yakni pembuktian melalui fitrah, akal, dalil, dan panca indra.

Berikut penjelasannya :

1. Fitrah
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi fitrah, yaitu kondisi murni yang belum tercampur dengan hal apapun. Selama seseorang masih dalam kondisi ini, ia pasti percaya dan merasakan akan adanya Tuhan atau Pencipta.

Pada setiap zaman yang dilalui umat manusia sejak awal peradaban, setiap suku dan bangsa dari setiap penjuru dunia pasti memiliki kepercayaannya masing-masing akan  Tuhan alam semesta. Padahal bangsa-bangsa tersebut bisa jadi tak pernah berinteraksi satu sama lain karena berbagai faktor seperti jarak, akan tetapi mereka semua sama-sama memiliki konsep ketuhanan.

Lantas, mengapa miliaran manusia dari awal mula peradaban sampai saat ini yang terpencar di seluruh daratan di bumi memiliki satu konsep atas ketuhanan yang sama? Tentunya hal ini sudah sangat membuktikan atas adanya Tuhan yang menciptakan dan mengatur seluruh alam semesta.

2. Akal
Bayangkan kita sedang berada dalam sebuah istana dengan seluruh kemegahannya. Di dalamnya terdapat ruangan-ruangan megah yang penuh dengan dipan-dipan emas dan perhiasan lainnya. Atau terdapat taman-taman indah yang dialiri sungai-sungai. Kemudian seseorang berkata bahwa istana ini tercipta dengan sendirinya. Tentu kita tidak akan pecaya, karena pasti istana semegah ini ada yang membangunnya, baik itu arsitek maupun pekerja lainnya.

Lantas, jika bangunan sesederhana istana saja memerlukan seorang arsitek agar bisa dibangun, pasti alam semesta yang memiliki segala keteraturan dan keseimbangan, yang besarnya tak bisa dihitung oleh manusia, yang kemegahannya tak ada bandingannya, pun memiliki  ‘perancang’ yang ‘membangun’ semua itu. Perancang itulah sang ‘Al-Kholiq’ Yang Maha Mencipta.

Perumpamaan lain adalah rumah yang dibangun dari berbagai macam bahan bangunan seperti semen, pasir, baja, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut tak mungkin berkumpul dengan sendirinya dan membentuk dirinya sendiri sdemikian rupa sehingga membentuk sebuah rumah.

Begitu pula dengan alam semesta, segala materi yang membentuk alam semesta tak mungkn berkumpul dengan sendirinya, kemudian membentuk dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga tercipta alam semesta yang sangat teratur. Melainkan, pasti ada Tuhan yang merancang dan mengatur segala kejadian tersebut.

3. Dalil
Adapun dalil sudah sangat jelas, bahwasannya ayat-ayat Al-Qur’an ataupun ayat-ayat dari kitab suci pasti menegaskan akan keberadaan Allah dan memerintahkan agar beribadah kepada-Nya, Allah ﷻ berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian” (QS. Al-Anbiya: 25)

4. Panca Indra
Yang dimaksud dengan panca indra di sini adalah bukti yang dapat dilihat yaitu mukjizat. Ketika Nabi Muhammad ﷺ membelah bulan, ketika air terpancar dari jari jemarinya, atau ketika Nabi Muhammad ﷺ seorang yang mulia namun tak bisa membaca ataupun menulis membawa sebuah kitab suci yang berisi ribuan ayat-ayat indah yang tak satupun penyair Arab dapat menyaingi keindahannya.

Semua mukjizat ini dan mukjizat-mukjizat lainnya disaksikan oleh ribuan manusia, kemudian diceritakan kembali turun temurun dengan sanad yang sangat jelas, maka kisah-kisah ini bukan sekedar dongeng belaka melainkan ia adalah sebuah fakta. Tentunya mukjizat-mukjizat ini membuktikan akan keberadaan Allah

Terlepas dari semua itu, memang selayaknya kita tidak terlalu menyibukkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan semisal ini. Karena pada dasarnya dunia adalah ujian agar terlihat siapa yang beriman.

Maka dari itu yang seharusnya menjadi kesibukan kita adalah beramal kebajikan. Baik itu amalan ibadah kepada Allah Subhaanahu wata’aalaa, maupun amalan muamalah sesama manusia. (Kontributor: Laksana Aura Ibrahim)

 

FOLLOW US