• News

Filipina Tuduh China Makin Banyak Lakukan Pelanggaran di Laut China Selatan

Yati Maulana | Rabu, 05/07/2023 19:30 WIB
Filipina Tuduh China Makin Banyak Lakukan Pelanggaran di Laut China Selatan Sebuah kapal Penjaga Pantai China diduga menghalangi kapal Penjaga Pantai Filipina Malabrigo di Laut China Selatan yang disengketakan, 30 Juni 2023. Foto: via Reuters

JAKARTA - Filipina pada Rabu menuduh penjaga pantai China melakukan gangguan, penghalang, dan "manuver berbahaya" terhadap kapalnya, setelah insiden lain di dekat fitur strategis Laut China Selatan yang telah menjadi titik konflik di antara mereka.

Kapal penjaga pantai Filipina membantu operasi angkatan laut pada 30 Juni ketika mereka "terus-menerus diikuti, dilecehkan, dan dihalangi oleh kapal penjaga pantai China yang jauh lebih besar", kata juru bicara penjaga pantai Filipina Jay Tarriela, dalam sebuah Tweet.

Itu terjadi di dekat Second Thomas Shoal, terumbu karang yang terendam di mana Filipina mempertaruhkan klaim kedaulatan melalui segelintir pasukan yang tinggal di atas kapal Amerika era Perang Dunia Kedua yang berkarat yang sengaja dikandangkan pada tahun 1999.

Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar dan masalah tersebut tidak disebutkan dalam pengarahan reguler pada hari Rabu oleh kementerian luar negeri di Beijing.

Tarriela mengatakan kapal harus mengurangi kecepatan untuk mencegah tabrakan.

Dia tidak mengatakan apa yang dimaksud dengan operasi angkatan laut. Militer Filipina melakukan misi pasokan reguler untuk pasukan di kapal AS, Sierra Madre, termasuk pada bulan Februari, ketika menuduh China melakukan agresi dan mengarahkan "laser kelas militer" ke kapal-kapalnya.

Beting ini terletak di dalam zona ekonomi eksklusif 200 mil Filipina. Tarriela menggambarkan sebagai "mengkhawatirkan" apa yang dia katakan adalah kehadiran kapal angkatan laut China di daerah itu, menambahkan bahwa hal itu menimbulkan "kekhawatiran yang lebih besar".

China sebelumnya mengatakan penjaga pantainya melakukan operasi reguler di perairan China.

China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan melalui "sembilan garis putus-putus" di petanya yang memotong zona ekonomi eksklusif Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.

Pengadilan Arbitrase Permanen pada tahun 2016 mengatakan bahwa garis tersebut tidak memiliki dasar menurut hukum internasional.

FOLLOW US