JAKARTA - Mantan perdana menteri David Cameron mengatakan dalam penyelidikan pada Senin bahwa Inggris siap menghadapi pandemi jenis flu tetapi tidak cukup banyak pekerjaan yang dilakukan sebelumnya untuk menghadapi penyakit tanpa gejala yang mirip dengan COVID-19.

Inggris sedang mengadakan penyelidikan tentang penanganan pandemi COVID-19 setelah Inggris mencatat salah satu negara dengan jumlah kematian tertinggi di dunia. Lebih dari 175.000 kematian akibat virus corona baru telah dilaporkan pada Juli tahun lalu.

Pekan lalu penasihat penyelidikan Hugo Keith mengatakan bahwa Inggris dikejutkan oleh banyak aspek pandemi COVID-19 dan tidak mempertimbangkan kebijakan seperti penguncian dan perlindungan sebelumnya.

Itu bisa membuat pusing Perdana Menteri Rishi Sunak, yang menjadi menteri keuangan selama pandemi dan menghadapi pemilihan yang diharapkan tahun depan.

Namun penyelidikan dimulai dengan persiapan untuk pandemi sehingga Cameron adalah politisi pertama yang memberikan bukti penyelidikan meskipun jabatan perdana menteri berakhir tujuh tahun lalu.

"Lebih banyak waktu dihabiskan untuk pandemi flu dan bahaya pandemi flu daripada potensi pandemi penyakit pernapasan lainnya seperti COVID," kata Cameron, yang menjabat perdana menteri dari 2010-2016, kepada penyelidikan.

"Ini sangat penting karena begitu banyak konsekuensi yang mengikutinya."

Cameron mengatakan bahwa sementara pemerintah mempertimbangkan penyakit lain seperti MERS dan SARS, dia mempertanyakan apakah sudah ada tindak lanjut yang memadai atas pekerjaan itu dan kemungkinan penularan penyakit pernapasan tanpa gejala.

"Ketika Anda berpikir: apa yang akan berbeda jika lebih banyak waktu dihabiskan untuk pandemi tanpa gejala yang sangat menular, rekomendasi yang berbeda akan dibuat tentang apa yang perlu dipersiapkan."

Menteri keuangan Cameron George Osborne akan memberikan kesaksian pada hari Selasa sementara Jeremy Hunt, menteri keuangan saat ini dan menteri kesehatan di bawah Cameron, akan memberikan kesaksian pada hari Rabu.