• News

Seminggu Setelah Banjir Kongo, Sukarelawan Masih Mencari Mayat Korban

Yati Maulana | Sabtu, 13/05/2023 14:30 WIB
Seminggu Setelah Banjir Kongo, Sukarelawan Masih Mencari Mayat Korban Reruntuhan rumah yang hancur akibat hujan yang menghancurkan daerah pegunungan wilayah Kalehe, Republik Demokratik Kongo, 9 Mei 2023. Foto: Reuters

JAKARTA - Dengan sekop, tongkat, dan tangan kosong, para relawan Palang Merah berjuang membersihkan lumpur dari sekitar tubuh yang setengah terkubur dalam tanah longsor di desa Bushushu di bagian timur Republik Demokratik Kongo.

Seminggu setelah hujan deras memicu banjir mematikan, para pekerja mengatakan mereka kelelahan dan kehabisan peralatan. Tapi mereka terus menemukan mayat di bawah tumpukan puing, terkubur di lereng bukit, mengambang di saluran air dan danau terdekat.

"Kami sangat, sangat terbatas dalam apa yang kami lakukan, terutama pengangkutan jenazah. Ini masalah serius," kata Désiré Yuma Machumu, kepala Palang Merah di provinsi Kivu Selatan Kongo.

Di lokasi longsor, para relawan yang memakai masker bedah akhirnya berhasil mengangkat jenazah yang sudah membusuk dan memasukkan jenazah ke dalam kantong jenazah berwarna putih.

Enam dari mereka kemudian mengambilnya, berjalan sejauh 3 km (2 mil) ke situs pemakaman terdekat, di mana peti mati kosong menunggu dalam barisan.

Lebih dari 440 orang telah dipastikan tewas menurut Palang Merah.

Setidaknya 5.000 lainnya masih belum ditemukan, kata administrator lokal Thomas Bakenga Zirimwabagabo pada hari Selasa - meskipun pemerintah mengatakan masih belum ada angka resmi untuk orang hilang.

Pada hari Kamis, Reuters menyaksikan para sukarelawan dengan susah payah menemukan 17 mayat.

"Mayat-mayat mulai membusuk dan beberapa dari kami jatuh sakit," kata Julien Bisimwa, 27 tahun, salah satu relawan, berdiri di depan reruntuhan bangunan dan tumpukan lembaran logam bengkok.

Hujan masih mengguyur wilayah tersebut dan ada risiko lain bagi penduduk setempat.

"Semua sumber air minum telah terputus..., semuanya hilang, toilet telah hanyut," kata Pacifique Chiralwira, kepala petugas medis wilayah tersebut.

"Saat ini penduduk, para penyintas akan meminum air dari danau, sementara kami terus menemukan mayat di sana, yang mengekspos kami, membuat populasi kami dalam jangka panjang terkena penyakit yang terbawa air."

FOLLOW US