• Oase

Antara Mitos, Penilaian dan Pembelajaran Istimewa dari Burung Gagak

Rizki Ramadhani | Kamis, 11/05/2023 11:01 WIB
Antara Mitos, Penilaian dan Pembelajaran Istimewa dari Burung Gagak Burung Gagak (foto:wanaswara)

Jakarta - Manusia diperintahkan untuk memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa ta’ala. Perintah ini bertujuan agar para hamba-Nya dapat meningkatkan keimanan dan kualitas ibadah. Sebagaimana tanda kebesaran-Nya melalui burung gagak dalam kisah ini.

Kehadiran burung gagak sering dikaitkan dengan mitos yang mengerikan oleh masyarakat Indonesia dan berbagai negara lainnya. Dalam dunia mitos, burung gagak sering dikaitkan sebagai ilmu hitam dari penyihir atau dukun yang mendatangkan nasib sial dan penuh mistis. Apalagi penampilannya yang terlihat menyeramkan karena bulunya hitam pekat serta suaranya yang khas. Sehingga dianggap “cocok” sebagai lambang datangnya makhluk gaib atau sebagai pengantar kematian.

Namun, semua itu hanya mitos. Faktanya burung yang memiliki nama latin corvius ini memiliki indera penciuman yang sangat baik. Burung gagak terdiri dari 27 jenis. Semua jenisnya mampu mengenali suatu aroma walau jaraknya ratusan kilometer. Termasuk bau calon bangkai. Lantas, hal inilah yang dikaitkan dengan aroma tubuh manusia yang akan meninggal.

Burung gagak juga memiliki keistimewaan yang hanya dimilikinya. Yakni pernah mengajarkan manusia bagaimana cara mengurus pemakaman jenazah orang yang sudah meninggal. Allah ﷻ mengutus burung gagak. Tujuannya memberikan pelajaran kepada manusia melalui kisah kedua putera nabi Adam `alaihissalam. Sebagaimana terdapat dalam surah (ke-5) Al-Ma`idah ayat 31,

"Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. (Dia) berkata, "Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Maka, jadilah dia termasuk orang yang menyesal."

Dikisahkan burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, kemudian memasukan burung yang sudah mati ke dalam lobang tersebut dan menutupnya kembali dengan tanah. Bahkan keunikan ini masih dilakukan burung gagak hingga masa sekarang. Demikian pula warisan keberanian mereka untuk berada dekat dengan manusia ataupun hewan lain yang berukuran lebih besar.

Hewan yang tergolong berdarah panas (warm-blooded) ini memiliki daya ingat yang tinggi. Dia akan mengingat wajah seseorang yang dianggap pernah menyakiti atau menyayanginya. Memorinya akan merekam wajah manusia tersebut selama puluhan tahun.

Sebagai mahluk sosial, burung gagak dan sekawanannya akan berkumpul di satu tempat di setiap sore hari. Mereka saling bertukar informasi, dan memberitahukan kepada para sahabat dan anak-anaknya tentang letak sumber makanan hingga wilayah yang berbahaya untuk dikunjungi. Termasuk mengabarkan manusia yang dianggap pernah menyakiti atau menyayanginya.

Ketika manusia telah menyakiti burung gagak, mereka akan terus mengingat wajah manusia tersebut dan berusaha menjauhinya. Namun, jika mereka menganggapnya sebagai kezaliman yang berlebihan atau sudah sangat menghina, burung gagak akan menjadikannya musuh bersama.Kebencian ini kadang berakhir dengan sikap perlawanan mereka secara bersama-sama. Itulah yang menjadikan burung yang berbulu hitam pekat ini menjadi “kambing hitam” oleh manusia. Mereka dianggap sebagai hewan pendendam.

Semoga sekelumit kisah ini memberikan manfaat. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US