• News

Mayat Menumpuk Akibat Banjir di Kongo, Lebih 200 Orang Tewas

Yati Maulana | Minggu, 07/05/2023 10:47 WIB
Mayat Menumpuk Akibat Banjir di Kongo, Lebih 200 Orang Tewas Wanita Kongo bereaksi setelah kematian anggota keluarga mereka saat bajir lumpur di Desa Nyamukubi, Provinsi Kivu Selatan Republik Demokratik Kongo 6 Mei 2023. Foto: Reuters

JAKARTA - Sedikitnya 176 orang tewas dalam banjir bandang di bagian timur Republik Demokratik Kongo, kata seorang gubernur regional pada Jumat. Hujan lebat menghancurkan bangunan dan memaksa pekerja bantuan untuk mengumpulkan mayat menjadi tumpukan di atas lumpur.

Curah hujan di wilayah Kalehe di provinsi Kivu Selatan menyebabkan sungai meluap pada Kamis, menggenangi desa Bushushu dan Nyamukubi.

Gubernur Kivu Selatan Théo Ngwabidje Kasi menyebutkan jumlah korban tewas 176 orang dan mengatakan bahwa yang lainnya masih hilang. Seorang anggota masyarakat sipil setempat, Kasole Martin, mengatakan 227 mayat telah ditemukan.

"Orang-orang tidur di tempat terbuka, sekolah dan rumah sakit tersapu bersih," kata Martin.

Pada hari Jumat, para penyintas yang tampak kurus berdiri di luar gudang kayu tempat pekerja Palang Merah dengan pakaian biru menempatkan tubuh di atas satu sama lain. Banyak yang kehilangan pakaian dan berlumuran tanah. Seorang reporter Reuters menghitung 72 mayat.

Atap besi bergelombang dari rumah-rumah yang rata menjorok keluar dari bawah lapisan lumpur yang tebal, foto menunjukkan.

Seorang dokter di rumah sakit utama wilayah Kalehe, Robert Masamba, mengatakan korban yang selamat telah berdatangan sejak Kamis malam.

"Saya dan tim saya belum tidur. Kami menerima 56 pasien, 80% di antaranya mengalami patah tulang," katanya.

Banjir dan tanah longsor tidak jarang terjadi di South Kivu, yang berbatasan dengan Rwanda. Hujan lebat juga memicu banjir dan tanah longsor di Rwanda pekan ini, menewaskan 130 orang dan menghancurkan lebih dari 5.000 rumah.

Insiden terakhir dengan skala serupa di Kongo terjadi pada Oktober 2014, ketika hujan deras menghancurkan lebih dari 700 rumah. Lebih dari 130 orang dilaporkan hilang pada saat itu, menurut PBB.

FOLLOW US