• Oase

Pertemuan Nabi Uzair AS dengan Seorang Wanita

Rizki Ramadhani | Kamis, 04/05/2023 20:01 WIB
Pertemuan Nabi Uzair AS dengan Seorang Wanita Ilustrasi (foto: malangtimes)

Jakarta - Hubungan antara akidah, syariah, dan akhlak bagai hubungan antara akar, batang, dan buah dari suatu pohon. Mereka saling membutuhkan dan tidak bisa dipisahkan. Karena itu, akidah Islam harus menjadi pedoman bagi setiap muslim.

Telah kita ketahui bersama kaum Yahudi tersesat dalam akidah mereka. Adapun dalam sumber Israiliyat terdapat beragam kisah yang melatar belakangi perkataan orang Yahudi yang menyatakan bahwa Uzair `alaihissalam anak Allah ﷻ.

Satu diantaranya sebagaimana dikisahkan dalam tafsir Ibnu Katsir rahimahullah, bahwa suku Amalliq, kaum kafir yang dipimpin raja Bukhtu Nashshar (dikenal pula dengan nama Bukhtunasar atau Nebukadnezar) dari Babilonia berhasil mengalahkan bani Israil. Banyak ulama yang dibantai dan pemuka-pemukanya ditawan. Sementara Uzair `alaihissalam termasuk yang diselamatkan Allah Azza wa Jalla. Beliau `alaihissalam senantiasa menangisi nasib kaumnya karena banyaknya ulama yang meninggal dan ditawan. Tidak ada lagi yang mengajari Taurat.

Suatu ketika, nabi yang salih ini melihat ada seorang wanita yang menangis di dekat kuburan. Sang wanita sedih memikirkan siapa yang akan memberi makan dan pakaian untuknya kelak.

Beliau `alaihissalam mengingatkannya, bahwa Allah ﷻ yang akan menopang kehidupan, bahkan sebelum adanya kejadian ini. Allah Maha Hidup dan tidak mati.

Kemudian, sang wanita tersebut balik mengingatkan, bahwa yang mengajari para ulama sebelum bani Israil adalah Allah ﷻ. Sehingga apa gunanya menangisi kepergian para ulama.

Wanita ini pun memberikan nasehat agar nabi yang mulia ini pergi ke sungai, kemudian membersihkan dirinya dan mengerjakan salat di sana. Beliau `alaihissalam pun mengikuti saran tersebut. Di sana, beliau bertemu seseorang yang sudah tua. Orang tua ini memasukan sesuatu ke dalam mulut beliau `alaihissalam. Perbuatan ini dilakukannya sebanyak tiga kali. Seketika itu, nabi Uzair `alaihissalam menjadi orang yang paling paham isi Taurat.

Beliau `alaihissalam pun segera menemui kaumnya. Kemudian beliau `alaihissalam menulis semua isi Taurat dengan tangannya.

Pada saat raja Kursy dari Persia berada di Babilonia, kaum Amaliq ini membebaskan para tawanan dari bani Israil, termasuk beberapa ulama.

Bani Israil pun menyampaikan perihal nabi Uzair `alaihissalam kepada mereka. Kemudian para ulama mengeluarkan naskah Taurat yang mereka simpan di puncak gunung, lalu membandingkannya. Ternyata yang mereka dapatkan adalah benar, isinya sama dengan tulisannya nabi Uzair `alaihissalam.

Masih ada beberapa kisah lainnya tentang sejarah nabi ‘Uzair `alaihissalam menuliskan atau mendiktekan Taurat kepada bani Israil dan bagaimana beliau `alaihissalam bisa melakukan hal tersebut. Perbedaan sejarah ini terjadi karena kabar-kabar bani Israil merupakan sumber cerita tanpa jalur periwayatan (sanad). Akan tetapi, secara keseluruhan, memiliki kesimpulan yang sama.

Melanjutkan kisah, oleh sebab itulah, sebagian diantara bani Israil meyakini bahwa Uzair `alaihissalam adalah anak Allah ﷻ. Ini adalah perkataan yang mengandung pengingkaran terhadap kemulian dan kesempurnaan Allah Azza wa Jalla. Maha Suci Allah dari kesalahan anggapan mereka.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an surah (ke-9) At-Taubah ayat 31,"Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan."

Nabi Uzair `alaihissalam adalah hamba yang salih, mulia, dihormati, dan taat kepada Allah ﷻ Yang Maha Esa.

Semoga kaum muslim mampu menghindarkan diri dari pengaruh nafsu dan akal pikiran yang menyesatkan. (Kontributor : Dicky Dewata)