Jakarta - Manusia diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala. Oleh sebab itu, kita juga memiliki kepedulian apabila mendapati orang-orang yang kita sayangi terjerumus dalam lembah kesyirikan. Sebagaimana kisah berikut ini.
Nabi Sulaiman `alaihissalam sangat perhatian kepada rakyat dan pasukannya. Suatu ketika, beliau `alaihissalam sedang memeriksa barisan pasukannya. Namun tidak didapati burung Hud-Hud diantara burung lainnya.
Oleh sebab itu, nabi Sulaiman `alaihissalam memperlihatkan ketegasannya sebagai seorang pemimpin. Beliau `alaihissalam akan menghukum dengan azab yang keras atau bahkan menyembelihnya. Hukuman ini akan dilaksanakan jika burung Hud-Hud datang tanpa memberi alasan yang benar.
Dijelaskan dalam tafsir Al-Baghowi, sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa maksud dari siksa atau azab yang keras itu yaitu akan dicabut bulu-bulu burung Hud-Hud.
Tidak lama kemudian, datanglah burung Hud-Hud. Dia menyampaikan uzur keterlambatannya. Sang burung dengan percaya diri menyampaikan telah mengetahui sesuatu yang nabi Sulaiman `alaihissalam belum mengetahuinya. Berita penting dari negeri Saba’ yang didatanginya.
Burung Hud-Hud dan seluruh rakyat lainnya mengetahui bahwa nabi yang memiliki kedekatan hubungan dengan Allah ﷻ ini tidak mengetahui tentang ilmu gaib. Demikian juga para nabi yang lainnya `alaihimus salam. Kecuali pada hal-hal yang telah dikabarkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada mereka.
Jarak antara kerajaan nabi Sulaiman `alaihissalam di Palestina yang kita cintai dengan negeri Saba’ di Yaman (saat ini) sekitar 2.000 kilometer. Burung Hud-Hud dalam perjalanannya memilih mudarat yang lebih kecil demi kemaslahatan yang lebih besar. Dia mengutamakan mendapatkan berita yang sangat penting dari negeri Saba’ dengan resiko terlambat hadir.
Al-Qur’an mengabadikan inti kabar yang disampaikan burung Hud-Hud tersebut dalam surah (ke-27) An-Naml ayat 23-26,"Sesungguhnya, kujumpai ada seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. Aku (burung Hud-hud) mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk. Supaya mereka (juga) tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan. Allah, tidak ada Tuhan Yang disembah melainkan Dia, Tuhan Yang mempunyai `Arsy yang agung."
Dituturkan bahwa di negeri Saba’ terdapat kerajaan yang dipimpin oleh seorang wanita yang bernama ratu Bilqis. Negeri Saba’ memiliki bendungan Ma`rib. Teknologi modern yang menjadi simbol peradaban negeri ini pada masanya mampu mengairi total wilayah seluas 9.600 hektar. Perekonomian berbasis pangan inilah yang menjadikan negeri agraris tersebut sangat kaya dan memiliki istana yang megah.
Namun bangsa ini melakukan tradisi kesyirikan. Sang ratu beserta rakyatnya kufur atas nikmat Allah ﷻ. Mereka menyembah matahari. Oleh sebab itu, sang burung melaporkan kepada nabi Sulaiman `alaihissalam.
Miris rasanya mengetahui ada beberapa tempat di muka bumi ini yang masih melakukan praktik kesyirikan. Bahkan ada orang yang bangga dan melestarikannya. Mereka tujukan untuk mendatangkan wisatawan sehingga mendapatkan pendapatan. Berbeda dengan sikap burung Hud-Hud yang merasa kesyirikan harus didakwahkan agar bertauhid.
Semoga kaum muslim dapat istiqomah di atas agama yang benar ini. (Kontributor : Dicky Dewata)