• Oase

Kala Allah SWT Menguji Keimanan Nabi Sulaiman AS

Rizki Ramadhani | Selasa, 25/04/2023 15:01 WIB
Kala Allah SWT Menguji Keimanan Nabi Sulaiman AS Ilustrasi kaligrafi (foto:sumberinformasi)

Jakarta - Setiap manusia pasti akan diuji dengan beragam bentuk ujian. Beragam ujian tersebut sengaja Allah Subhanahu wa ta’ala hadirkan untuk mengetahui siapa diantara hamba-hamba-Nya yang paling baik amalnya (ahsanu amalan). Demikian pula dengan ujian untuk hamba yang mulia dalam kisah ini.

Nabi Sulaiman `alaihissalam juga pernah diuji oleh Allah ﷻ dan melakukan kesalahan. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman dalam surah (ke-38) Shad ayat 34,“Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan jasad tergeletak di atas kursinya, kemudian dia bertobat.”

Tidak terdapat riwayat yang sahih yang menjelaskan tentang bentuk fitnah dan ujian yang menimpa putera nabi Daud `alaihissalam ini.

Dalam tafsir At-Tahrir wa At-Tanwir, banyak ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dari jasad yang diletakkan di atas singgasana nabi Sulaiman `alaihissalam adalah anak beliau `alaihissalam yang tidak sempurna setengah badannya ketika dilahirkan.

Berdasarkan hadis riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,

Sulaiman bin Daud berkata, ‘Demi Allah, aku akan berkeliling malam ini kepada 100 istri (menggaulinya); atau 99 istri, masing-masing istri (akan) melahirkan seorang penunggang kuda yang berjihad fi sabilillah.’ Temannya berkata kepadanya, ‘Insya Allah.’ Tetapi Sulaiman tidak mengucapkannya, maka tidak seorangpun yang melahirkan kecuali seorang saja melahirkan bayi yang jatuh salah satu sisinya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya (Allah), andaikan nabi Sulaiman `alaihissalam mengucapkan insyaAllah, niscaya (istri-istrinya) seluruhnya (akan melahirkan anak) menjadi penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah.”

Adapun dalam tafsir Al-Alusy, ada ulama yang berpendapat bahwa fitnah dan ujian yang dimaksud adalah nabi Sulaiman `alaihissalam sendiri yang dalam keadaan lemah karena sakit tergeletak di atas singgasananya.

Sedangkan dalam tafsir As-Sa’di, sebagian ulama lainnya termasuk Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berpendapat bahwa jasad yang dimaksud adalah setan. Pada masa tersebut para setan belum tunduk kepada nabi yang sangat taat ini.

Mereka menguasai singgasana nabi Sulaiman `alaihissalam namun tidak duduk di singgasananya. Tatkala itu, mereka melakukan berbagai macam ilmu sihir. Perbuatan setan tersebut menyebabkan ada kalangan manusia yang menuduh nabi yang mulia ini sebagai penyihir.

Al-Qur’an telah membantah tuduhan tersebut dalam surah (ke-2) Al-Baqarah ayat 102,”Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia…”

Nabi yang berasal dari bani Israil ini telah menyadari kesalahannya. Beliau `alaihissalam segera bertaubat kepada Allah ﷻ. Sehingga nyatalah bahwa nabi Sulaiman `alaihissalam termasuk hamba yang memiliki sifat awwaab. Beliau `alaihissalam segera kembali kepada Allah ﷻ. Nabi yang juga merupakan raja bani Israil ini tergolong hamba yang paling benar dan paling ikhlas amalnya.

Semoga kaum mukmin dapat memperoleh berbagai mutiara faedah dari sekelumit kisah ini. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US