Ilustrasi (FOTO: FREEPIK)
Jakarta - Sepatutnya manusia bersikap sopan dan saling menghargai. Terlebih kepada Allah Subhanahu wa ta`ala. Ini mencerminkan dirinya sebagai manusia yang berakal dan beradab. Berikut ini dikisahkan suatu kaum yang sombong menolak perintah Allah Azza wa Jalla. Bahkan mengolok-olok-Nya.
Yusya` bin Nun `alaihissalam adalah nabi yang mewarisi kepemimpinan atas bani Israil sepeninggal nabi Musa `alaihissalam. Ahli kitab menyebutnya Yosua. Beliau `alaihissalam adalah murid yang menemani nabi Musa `alaihissalam dalam pencarian nabi Khidr `alaihissalam. Sebagaimana disebutkan kisahnya dalam surat Al-Kahfi ayat 60 dan 62. Selanjutnya, Allah ﷻ mengijinkan nabi yang berasal dari bani Israil ini berhasil memimpin kaumnya memasuki tanah suci Baitul Maqdis.
Dikisahkan, Allah ﷻ mengharamkan tanah suci Baitul Maqdis bagi bani Israil selama 40 tahun akibat sikap kurang ajar dan penolakan mereka atas perintah Allah ﷻ. Selama masa itu, mereka tidak memiliki tujuan yang pasti di muka bumi. Selalu berputar-putar kebingungan di padang Tiih.
Pada rentang waktu ini, nabi Harun `alaihissalam sudah meninggal. Kemudian disusul dengan wafatnya nabi Musa `alaihissalam. Demikian pula bani Israil yang pernah menolak perintah untuk berperang. Kemudian, kenabian dilanjutkan kepada Yusya` bin Nun `alaihissalam.
Akhirnya, Allah ﷻ kembali memberikan kesempatan kepada bani Israil untuk menaklukkan negeri tersebut di bawah kepemimpinan nabi Yusya’ bin Nun `alaihissalam.
Beliau `alaihissalam inilah yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad rahimahullah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
“Sesungguhnya, matahari tidak pernah ditahan terbit bagi seseorang pun, kecuali untuk Yusya` bin Nun dalam perjalanan malam ke Baitul Maqdis.”
Peristiwa ditahannya matahari dari garis edarnya adalah berkaitan dengan pembebasan Baitul Maqdis. Allah ﷻ pun memenangkan Nabi Yusya’ bin Nun `alaihissalam.
Kisah selanjutnya dijelaskan dalam Tafsir Ath-Thabari, bahwa Allah ﷻ memerintahkan bani Israil memasuki negeri yang diberkahi ini dengan mengagungkan Allah dan penuh ketundukan. Bersyukur dan meminta ampunan kepada Allah ﷻ.
Namun, bani Israil malah bersikap sebaliknya. Mereka memasuki pintu gerbang negeri tersebut dengan berjalan membelakangi sambil menyodorkan pantat mereka terlebih dahulu. Tindakan ini sebagai bentuk kesombongan dan pamer akan kekuatan diri.
Kaum yang membangkang ini juga mengganti ucapan hitthah yang mengandung makna istighfar kepada Allah ﷻ. Mereka samarkan dan mengganti dengan kata hinthah, yang berarti gandum.
Bani Israil mengolok-olok perintah Allah ﷻ. Mereka jauh dari sikap perbuatan baik dan pengagungan kepada Allah Azza wa Jalla yang telah membebaskan mereka dari kebingungan tersesat di padang Tiih selama 40 tahun.
Allah ﷻ berfirman dalam surah (ke-2) Al-Baqarah ayat 59,
"Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka Kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka (selalu) berbuat fasik."
Al-Qur’an juga mengajak kita merenungi kandungan berbagai kisah di dalamnya. Sebagaimana dalam surah (ke-7) Al-A’raf ayat 176,
“…Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”
Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang beradab dan bertakwa. (Kontributor : Dicky Dewata)