• Oase

Balasan Allah SWT Kepada UtusanNya Atas Doa, Ikhtiar dan Tawakalnya

Rizki Ramadhani | Minggu, 09/04/2023 16:02 WIB
Balasan Allah SWT Kepada UtusanNya Atas Doa, Ikhtiar dan Tawakalnya Ilustrasi umat Islam berdoa. (FOTO: FREEPIK)

Jakarta - Sebagai hamba Allah Subhanahu wa ta`ala sudah semestinya untuk senantiasa berdoa dalam setiap usaha yang dilakukan. Kemudian, menyandarkan hasilnya kepada Allah Subhanahu wa ta`ala. Kisah berikut menggambarkan sosok yang mulia ini mengamalkannya dalam perjalanan kehidupannya.

Telah kita ketahui sebelumnya, Musa `alaihissalam berdoa kepada Allah ﷻ bahwa dirinya sangat memerlukan sesuatu kebaikan dari Allah ﷻ. Sebuah permintaan melalui ungkapan tentang keadaan diri beliau `alaihissalam. Saat itu Musa `alaihissalam masih dalam kondisi kepayahan dan kelaparan setelah berhasil tiba di negeri Madyan.

Sementara itu, di sisi lain, kedua wanita penduduk Madyan yang ditolong Musa `alaihissalam sebelumnya, telah tiba di kediaman mereka. Keduanya menceritakan pengalaman mereka kepada sang ayah pada saat berada di sumber sumur tersebut.

Dituturkan pula perlakuan Musa `alaihissalam yang dengan tulus dan sigap membantu mengambilkan air. Sikap sopannya saat berbicara dengan mereka, dan ahlak mulia dari beliau `alaihissalam yang lainnya.

Tidak lupa pula memberitahukan ayahnya tentang betapa kuatnya Musa `alaihissalam yang dengan mudahnya membuka dan mengangkat penutup sumur yang sangat berat itu.

Mendengar semua penuturan tersebut, orang tua itu tergerak ingin membalas kebaikan Musa `alaihissalam yang telah membantu mereka. Sang ayah meminta salah satu anaknya menyampaikan undangan kepada sang penolong itu.

Dikisahkan, salah seorang dari kedua wanita itu berjalan mendatangi Musa `alaihissalam dengan malu-malu. Ini menunjukan kesempurnaan iman dan kemuliaan dirinya. Malu yang sesuai syariat, mendorong dirinya menjaga batas-batas hukum Allah ﷻ. Dia menyampaikan pesan dari ayahnya. Maka, Musa `alaihissalam memenuhi undangan dari orang tua yang salih tersebut untuk bertemu di rumahnya, bukan untuk mengharapkan upah. Kemudian, Musa `alaihissalam pun berjalan di depan wanita ini sambil menuntun arah.

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah (ke-28) Al-Qashash ayat 25,

Kemudian salah satu dari kedua wanita itu datang menghampiri Musa dengan malu-malu, seraya berkata: ‘Sesungguhnya ayahku mengundangmu, untuk memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.’ Maka tatkala Musa mendatangi ayah wanita tersebut dan menceritakan kisah (dirinya) kepadanya, ayahnya berkata: ‘Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.’”

Sang ayah menyaksikan langsung betapa mulia ahlak dan baiknya perilaku Musa `alaihissalam. Kemudian, salah satu dari kedua wanita tersebut pun tertarik kepada Musa `alaihissalam. Dia mengusulkan kepada ayahnya untuk mempekerjakan beliau `alaihissalam. Usulannya ini didasari kondisi rumah mereka yang tidak ada tenaga laki-laki yang kuat dalam membantu menggembalakan ternak.

Sang ayah menyetujui usulan puterinya tersebut. Ayah yang baik ini juga menyampaikan maksudnya untuk menikahkan Musa `alaihissalam dengan salah satu puterinya. Adapun sebagai maharnya dengan syarat beliau `alaihissalam mau bekerja menggembala ternak untuknya selama delapan tahun. Dan jika berkenan menggenapinya menjadi 10 tahun, yang akan dinilai sebagai suatu kebaikan dari Musa `alaihissalam.

Beliau `alaihissalam pun menerima tawaran itu dan menyutujui akad pernikahan di atas. Musa `alaihissalam menilai wanita tersebut sangat berharga baginya. Ini dapat dipahami dengan kesediaan Musa `alaihissalam yang rela dan amanah menunaikan maharnya.

Allah ﷻ pun telah mengabulkan doa Musa `alaihissalam. Maka tinggallah beliau `alaihissalam di negeri Madyan dengan rasa aman, nyaman dan selamat dari perburuan orang-orang yang zalim.

Semoga kaum muslim mampu meneladaninya dalam kehidupan ini. (Kontributor :Dicky Dewata)

FOLLOW US