• News

Warga Marah, Khamenei Iran Sebut Serangan Racun Siswi Tak Termaafkan

Yati Maulana | Selasa, 07/03/2023 12:02 WIB
Warga Marah, Khamenei Iran Sebut Serangan Racun Siswi Tak Termaafkan Seorang wanita muda terbaring di rumah sakit setelah laporan keracunan di lokasi yang tidak diketahui di Iran pada 2 Maret 2023. Foto: Reuters

JAKARTA - Pemimpin tertinggi Iran mengatakan pada hari Senin bahwa meracuni siswi adalah kejahatan "tak termaafkan" yang harus dihukum mati jika disengaja. Hal itu dilaporkan TV pemerintah di tengah kemarahan publik atas gelombang dugaan serangan di sekolah.

Lebih dari 1.000 anak perempuan menderita keracunan sejak November, menurut media dan pejabat pemerintah, dengan beberapa politisi menyalahkan kelompok agama yang menentang pendidikan anak perempuan.

Peracunan terjadi pada saat kritis bagi penguasa ulama Iran setelah berbulan-bulan protes sejak kematian seorang wanita muda yang ditahan oleh polisi karena melanggar aturan jilbab.

"Pihak berwenang harus secara serius menindaklanjuti masalah peracunan siswa," kata Ayatollah Ali Khamenei seperti dikutip oleh TV pemerintah. "Jika terbukti kesengajaan, para pelaku kejahatan yang tak termaafkan ini harus dihukum mati."

Keracunan dimulai pada November di kota suci Muslim Syiah Qom dan menyebar ke 25 dari 31 provinsi Iran, mendorong beberapa orang tua mengeluarkan anak-anak dari sekolah dan melakukan protes.

Pihak berwenang menuduh "musuh" Republik Islam itu menggunakan serangan itu untuk melemahkan pendirian ulama. Tapi kecurigaan telah jatuh pada kelompok garis keras yang beroperasi sebagai penjaga interpretasi mereka terhadap Islam.

Pada tahun 2014, orang turun ke jalan kota Isfahan setelah gelombang serangan air keras, yang tampaknya ditujukan untuk meneror perempuan yang melanggar aturan berpakaian Islami yang ketat.

Untuk pertama kalinya sejak Revolusi Islam pada 1979, siswi-siswi bergabung dalam aksi protes setelah kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moralitas.

Beberapa aktivis menuduh pembentukan peracunan sebagai balas dendam.

"Sekarang gadis-gadis Iran membayar harga untuk melawan kewajiban jilbab (kerudung) dan telah diracuni oleh lembaga ulama," cuit aktivis Iran terkemuka yang berbasis di New York, Masih Alinejad.

Khawatir akan dorongan baru untuk protes, pihak berwenang meremehkan peracunan tersebut. Penyelidikan yudisial sedang berlangsung, meskipun belum ada rincian temuan yang diberikan.

Setidaknya satu sekolah anak laki-laki juga menjadi sasaran di kota Boroujerd, lapor media pemerintah.

FOLLOW US