JAKARTA - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyebut pendahulunya dari sayap kanan Jair Bolsonaro sebagai "peniru setia" Donald Trump dan mengatakan tidak ada peluang Bolsonaro akan kembali ke kursi kepresidenan.
Pemimpin sayap kiri itu mengatakan kepada Christiane Amanpour dari CNN pada hari Jumat bahwa peradilan Brasil sedang menyelidiki Bolsonaro atas serangan terhadap demokrasi.
Selama wawancara di Washington menjelang pertemuan dengan Presiden AS Biden, Lula mengatakan bahwa dia tidak akan meminta Amerika Serikat untuk mengekstradisi Bolsonaro - yang telah berada di Florida sejak akhir Desember - karena permintaan apa pun akan diserahkan ke pengadilan Brasil.
Tetapi Lula mengatakan dia berharap mantan presiden itu akan dihukum karena genosida oleh pengadilan internasional atas penanganannya terhadap pandemi COVID-19 yang menewaskan 698.000 orang Brasil.
Perjalanan Bolsonaro ke AS melindungi dia dari bahaya hukum langsung di Brasil, di mana dia sedang diselidiki dalam setidaknya empat penyelidikan kriminal.
Lula bertemu Biden di Gedung Putih pada Jumat sore dalam kunjungan yang dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan AS terhadap demokrasi di Brasil yang mendapat ancaman dari Bolsonaro, yang tidak pernah mengakui kekalahannya dalam pemilihan presiden tahun lalu.
Pendukung Bolsonaro menyerbu gedung-gedung pemerintah di Brasilia pada 8 Januari, menyerukan kudeta militer untuk menggulingkan Lula, menggemakan 6 Januari 2021, ketika pendukung Trump menyerang US Capitol.
Lula mengatakan Bolsonaro, yang terbang ke Florida dua hari sebelum meninggalkan jabatannya pada akhir Desember, tidak menyukai serikat pekerja, tidak suka berbicara dengan bisnis, dan tidak suka berbicara dengan wartawan. "Itu hanya dia dan kebohongannya," katanya.
Lula mengatakan dia mencopot komandan militer karena sektor militer dianggap oleh pemerintahannya terlibat dengan mereka yang berusaha memulihkan Bolsonaro dan bahwa pemerintah saat ini sedang membersihkan pejabat pro-Bolsonaro.
Ketika ditanya tentang kenetralan Brasil terkait perang di Ukraina, pemimpin Brasil itu mengatakan Rusia melakukan kesalahan dengan menginvasi negara berdaulat, tetapi dia membela keputusannya untuk tidak menyediakan amunisi artileri buatan Jerman yang dicari untuk dukungan Barat terhadap pertahanan Ukraina.
"Kalau saya kirim amunisi, saya ikut perang. Saya tidak mau ikut perang. Saya mau damai," kata Lula.