• News

Musim Dingin Ekstrim Afghanistan Masih Berlanjut, 171 Orang Tewas Termasuk Bayi

Yati Maulana | Rabu, 01/02/2023 13:01 WIB
Musim Dingin Ekstrim Afghanistan Masih Berlanjut, 171 Orang Tewas Termasuk Bayi Seorang bayi meninggal karena kedinginan di rumah ini di Kabul, Afghanistan, 30 Januari 2023. Foto: Reuters

JAKARTA - Shamila tidak memiliki foto bayi laki-laki yang meninggal dalam pelukannya dalam suhu beku di rumah mereka di Kabul bulan ini, tetapi dia mengingat wajahnya dengan sempurna.

"Dia memiliki wajah putih dan cerah, mata besar, hidung kecil, dan rambut hitam," katanya.

Amrullah yang berusia tiga bulan adalah salah satu dari sedikitnya 171 orang yang tewas akibat cuaca dingin di Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir. Cuaca beku yang melanda bertepatan ketika negara itu mengalami krisis kemanusiaan yang parah.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan 28 juta warga Afghanistan, banyak dari mereka anak-anak, membutuhkan bantuan mendesak selama musim dingin terdingin dalam 15 tahun, yang telah mengalami penurunan suhu serendah -34 derajat Celcius (-29,2 derajat Fahrenheit).

Banyak kelompok bantuan telah menangguhkan sebagian operasinya dalam beberapa pekan terakhir karena pemerintahan Taliban memutuskan bahwa sebagian besar pekerja LSM perempuan dilarang bekerja, membuat lembaga-lembaga itu tidak dapat menjalankan banyak program di negara konservatif itu.

Ayah Amrullah, Nek Mohammad, 40, kehilangan penghasilannya beberapa bulan lalu ketika masalah kesehatan menghentikan pekerjaannya sebagai buruh. Tanpa uang untuk pemanas, sedikit makanan selain roti dan teh, dan jendela berangin di rumah lereng gunung mereka, beberapa dari delapan anak mereka dengan cepat jatuh sakit.

Mereka membawa bayi Amrullah ke rumah sakit sekitar dua minggu lalu karena batuk dan paru-paru tersumbat.

Bangsal rumah sakit Afghanistan telah penuh dalam beberapa bulan terakhir dengan anak-anak yang menderita radang paru-paru dan penyakit pernapasan lainnya karena banyak keluarga menghadapi pilihan sulit antara dapat memanaskan rumah mereka atau membeli makanan.

Pada malam orang tuanya membawa Amrullah pulang, hawa dingin yang parah melanda. Shamila, 35, menggendong bayinya dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Tetapi sekitar tengah malam dia terbangun dan mendapati wajahnya dingin.

"Malam ketika saya kehilangan bayi saya, cuaca sangat dingin, saya mencoba untuk menghangatkan bayi laki-laki saya, tetapi saya tidak berhasil," katanya.

Tanpa uang untuk menjamu tamu pemakaman, mereka diam-diam menguburkan bayi mereka tanpa memberi tahu keluarga.

Seorang teman keluarga sejak itu memberi mereka sistem pemanas arang dasar untuk menghilangkan rasa dingin yang mematikan, tetapi tidak mampu membeli banyak makanan selain roti. Shamila mengkhawatirkan beberapa anaknya yang masih hidup yang menderita batuk parah.

"Saya selalu memikirkan bayi laki-laki saya dan dua anak kecil saya yang lain, mereka juga sakit, saya juga tidak ingin kehilangan mereka," katanya. Dia meminta lebih banyak bantuan internasional untuk Afghanistan.

Tanpa kamera ponsel, keluarga tak berhasil mendapatkan foto Amrullah. Tapi ibunya menyimpan pakaian yang dia buat untuknya sebelum dia lahir dalam bungkusan kecil.

Pada hari Selasa, mereka mengunjungi kuburan, diselimuti salju, dan berdoa untuk putra mereka. "Semoga Tuhan menghindarkan ibu-ibu lain dari rasa sakit kehilangan anak-anak mereka," kata Shamila, di dekat batu yang menandai makamnya. "Sangat sulit bagi manusia untuk menanggungnya."

FOLLOW US