• News

Kelompok Bersenjata Al-Qaeda dan ISIS Culik 50 Wanita di Burkina Faso

Tri Umardini | Selasa, 17/01/2023 03:05 WIB
Kelompok Bersenjata Al-Qaeda dan ISIS Culik 50 Wanita di Burkina Faso Seorang prajurit Angkatan Darat Burkina Faso berpose di atas kendaraan lapis baja selama patroli di wilayah Soum di Burkina Faso utara pada 12 November 2019. (FOTO: Michele Cattani/AFP)

JAKARTA - Burkina Faso telah berjuang untuk menahan kekerasan oleh kelompok bersenjata yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS) sejak 2015.

Orang-orang bersenjata menculik sekitar 50 wanita di provinsi Soum, Burkina Faso, utara pada 12 dan 13 Januari, kata pemerintah Burkina Faso.

Pria bersenjata menangkap para wanita saat mereka memetik buah liar di luar desa Liki, sekitar 15 kilometer (9,32 mil) dari kota Aribinda, dan di distrik lain di sebelah barat kota.

"Pencarian telah dimulai dengan tujuan untuk menemukan semua korban yang tidak bersalah ini dalam keadaan aman dan sehat," kata pernyataan pemerintah pada hari Senin (16/1/2023).

Menurut pejabat setempat, tentara dan pembantu sipilnya telah melakukan penyisiran yang gagal di daerah tersebut.

Salah satu negara termiskin di dunia, Burkina Faso telah berjuang untuk membendung aktivitas kekerasan oleh kelompok bersenjata yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS) yang menyebar dari negara tetangga Mali pada tahun 2015 meskipun ada upaya militer internasional yang mahal untuk menahannya.

Ribuan warga sipil dan anggota pasukan keamanan tewas dan sekitar dua juta orang mengungsi, dan terpaksa tinggal di kamp- kamp darurat.

Juni lalu, Mahamadou Issoufou – mantan presiden Niger dan perwakilan Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) – mengatakan pihak berwenang di ibu kota Ouagadougou hanya mengendalikan 60 persen negara.

Perwira militer yang tidak puas melakukan dua kudeta pada tahun 2022 untuk menunjukkan kemarahan atas kegagalan untuk menghentikan konflik, dengan masing-masing pemimpin militer berjanji untuk memprioritaskan keamanan.

Para diplomat Prancis mengatakan Burkina Faso telah menggunakan layanan kelompok tentara bayaran swasta Rusia, Grup Wagner, sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi konflik tersebut.

Nana Akufo-Addo, presiden negara tetangga Ghana juga menuduh hal yang sama pada bulan Desember. (*)

 

FOLLOW US