• Gaya Hidup

Transplantasi Ginjal Dinilai Lebih Ideal Ketimbang Cuci Darah

Agus Mughni Muttaqin | Kamis, 12/01/2023 21:39 WIB
Transplantasi Ginjal Dinilai Lebih Ideal Ketimbang Cuci Darah Ketua Tim Transplantasi Ginjal Siloam Hospitals Asri, Prof Dr dr Endang Susalit SpPD KGEH dalam Grand Lauching Transplantasi Ginjal Siloam Hospitals Asri, Jakarta, Kamis (12/1/2023). (Foto: Katakini.com)

JAKARTA - Transplantasi ginjal dinilai jadi pilihan pengobatan ideal bagi pasien penyakit ginjal kronis (PGK). Sebab, selain menjadi pengobatan yang paling murah, transplantasi ginjal juga memberikan kualitas hidup lebih baik.

Demikian disampaikan Ketua Tim Transplantasi Ginjal Siloam Hospitals Asri, Prof Dr dr Endang Susalit SpPD KGEH dalam Grand Lauching Transplantasi Ginjal Siloam Hospitals Asri, Jakarta, Kamis (12/1/2023).

“Dapat dikatakan bahwa transplantasi ginjal merupakan terapi gagal ginjal paling ideal karena bisa mengatasi permasalahan akibat penurunan fungsi ginjal, tidak seperti dialisis (cuci darah) yang hanya dapat mengatasi sebagian masalah saja,” ujarnya.

Lebih lanjut, Endang menilai manfaat transplantasi dalam meningkatkan harapan hidup bisa dilihat pada pasien dialisis yang disebabkan oleh diabetes melitus. Mereka dinyatakan memiliki harapan hidup delapan tahun.

"Namun, jika dilakukan transplantasi ginjal, pada kelompok umur yang sama, harapan hidupnya meningkat menjadi 25 tahun," ungkapnya.

Selain itu, Prof Endang menyatakan bahwa biaya transplantasi hanya mahal di awal, selanjutnya hanya biaya obat. “Berbeda dengan dialisis yang memerlukan uang banyak setiap kali terapi,” terangnya.

Dikatakan, transplantasi ginjal mengalami berbagai kemajuan yang pesat dalam bidang medis dan bedah. Saat ini, di Indonesia sudah diterapkan metode pemeriksaan persiapan operasi dan obat imunosupresan terbaru sehingga mengurangi angka rejeksi.

“Teknik operasi terbaru yang sama dengan di luar negeri pun sudah diterapkan. Dengan begitu, keberhasilan harapan hidup donor dan pasien tidak berbeda dengan hasil di luar negeri,” kata Prof Endang.

"Contohnya, jika dahulu teknik pengambilan ginjal donor dilakukan dengan cara nefrektomi terbuka, sekarang dilakukan dengan metode laparoskopi yang sangat bermanfaat bagi pendonor," sambungnya.

Sebagai informasi, transplantasi ginjal sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1977, namun baru berkembang pesat pada tahun 2011 dan sampai saat ini telah dilakukan lebih dari 1.200 kasus (jumlah yang sangat kecil dibandingkan populasi & penderita GGK).

FOLLOW US