• Info MPR

Negara Demokratis Tidak Melihat Orang Berdasarkan Identitas

Akhyar Zein | Kamis, 24/11/2022 20:45 WIB
Negara Demokratis Tidak Melihat Orang Berdasarkan Identitas Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (foto: Humas MPR)

JAKARTA -  Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat menegaskan, keragaman identitas, budaya, bahasa, etnis dan agama merupakan kekuatan penuh untuk menghadirkan praktik politik yang inklusif, menjangkau semua tanpa pembeda.

"Kegiatan politik tidak bisa dilepaskan dari identitas seseorang. Setiap politisi memiliki beragam identitas, baik secara ras, agama, maupun asal daerah. Namun, terdapat nilai, ideologi, filosofi kebangsaan yang menjadi pedoman dalam berpolitik," kata Lestari Moerdijat dalam sambutannya saat menerima peserta Socdem Asia-Progressive Alliance dengan tema Politics of Identities: Harnessing Power in Diversity and Unity di Gedung Nusantara 1 DPR/MPR Jakarta, Selasa (22/11).

Kaukus Social Democracy Asia (SocDem Asia) merupakan organisasi yang beranggotakan partai-partai politik di negara-negara Asia dan Eropa yang menginisiasi nilai-nilai sosial dan demokratis untuk memperjuangkan kesetaraan dan hak azasi untuk semua.

Identitas personal, jelas Lestari, memiliki korelasi dengan realitas sosial tempat individu bertumbuh.

Dalam catatan sejarah budaya Asia dengan seperangkat identitas, spirit kesatuan mengalami tantangan melalui bermacam distorsi politik yang kemudian mengerucut pada tujuan utama demokrasi sosial yaitu merangkul kelompok yang dikucilkan secara sosial kemudian merealisasikan hak-hak universal yang tak terpisahkan dari diri mereka.

Identitas adalah bagian dari keadaan alamiah manusia (human nature). Dalam identitas personal terdapat identitas sosial. Misalnya sebagai orang Indonesia, juga merupakan bagian dari Asia Tenggara, juga adalah orang Asia.

"Kesatuan identitas ini tidak mungkin dipecah begitu saja tanpa alasan mendasar karena menjadi kesatuan yang kompleks," ujarnya.

Yang menjadi masalah adalah jika identitas atau atribut diri tertentu digunakan dan dimanipulasi untuk tujuan politik.

Kawasan Asia memiliki satu kultur keterhubungan yang mengakar dari sejarah masa lalu. Berbagai kebudayan yang saling mempengaruhi, terlihat jelas di berbagai negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Keterhubungan ini menjadi penanda bahwa bangsa Asia pada masa lalu mampu membangun relasi tanpa mengedepankan atribut pembeda.

"Setiap orang dijamin hak dan kebebasannya, terlepas dari latar belakangnya. Negara yang demokratis tidak melihat orang berdasarkan identitasnya," tegasnya.

Tugas masyarakat global saat ini adalah menyudahi ragam kebencian dengan satu tekad bahwa berpolitik tak pernah berorientasi pada kesejahteraan publik dengan label dan atribut tertentu.

FOLLOW US