• News

Rusia Minta Turki Menahan Diri atas Rencana Serangan Skala Penuh ke Suriah

Yati Maulana | Kamis, 24/11/2022 13:01 WIB
Rusia Minta Turki Menahan Diri atas Rencana Serangan Skala Penuh ke Suriah Negosiator Rusia Alexander Lavrentyev menghadiri sesi pembicaraan damai tentang Suriah di Nur-Sultan, Kazakhstan 26 April 2019. Foto: Reuters

JAKARTA - Rusia telah meminta Turki untuk menahan diri dari serangan darat skala penuh di Suriah, kata negosiator senior Rusia Alexander Lavrentyev pada hari Rabu, karena tindakan tersebut dapat memicu peningkatan kekerasan.

Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan minggu ini bahwa Turki akan segera menyerang militan Kurdi di Suriah dengan tank dan tentara, menandakan kemungkinan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan bom di Istanbul.

"Kami berharap argumen kami akan didengar di Ankara dan cara lain untuk menyelesaikan masalah akan ditemukan," kata Lavrentyev, setelah putaran baru pembicaraan Suriah dengan delegasi Turki dan Iran di Kazakhstan.

Lavrentyev mengatakan Amerika Serikat mengikuti jalur "destruktif" di Suriah timur laut, dan menyelesaikan masalah Kurdi akan menjadi faktor penting dalam menstabilkan situasi di wilayah tersebut.

Kurdi, katanya, adalah "sandera Amerika Serikat", yang menghambat penyelesaian krisis.

Amerika Serikat telah bersekutu dengan Pasukan Demokrat Suriah (SDF), yang dipimpin oleh milisi Kurdi YPG, dalam perang melawan Negara Islam di Suriah, menyebabkan keretakan yang mendalam dengan Turki.

"Tanpa kehadiran AS, masalah Kurdi bisa diselesaikan dengan sangat cepat, saya yakin," kata Lavrentyev.

Rusia, Turki, dan Iran berjanji dalam pernyataan bersama setelah pembicaraan untuk lebih jauh menolak "rencana separatis yang bertujuan merusak kedaulatan Suriah dan integritas teritorial dan mengancam keamanan nasional negara-negara tetangga, termasuk melalui serangan lintas batas dan infiltrasi".

Lavrentyev mengatakan kedua pihak telah membahas keterlibatan China dalam pembicaraan Astana lebih lanjut sebagai pengamat, sebuah gagasan yang telah disetujui Iran, sementara Turki masih mempertimbangkannya.

FOLLOW US