• Ototekno

Kenali Mastodon, Akun Medsos Pengguna Twitter Bermigrasi Setelah Diakuisisi Elon Musk

Tri Umardini | Kamis, 10/11/2022 15:30 WIB
Kenali Mastodon, Akun Medsos Pengguna Twitter Bermigrasi Setelah Diakuisisi Elon Musk Kenali Mastodon, Akun Media Sosial Tempat Pengguna Twitter Bermigrasi Setelah Diakuisisi Elon Musk. (FOTO: AL JAZEERA)

JAKARTA - Pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk ternyata berdampak pada pengguna akun media sosial (medsos) tersebut.

Salah satu platform medsos yang jadi pilihan pengguna Twitter untuk bermigrasi adalah Mastodon.

Lalu seperti apa medsos Mastodon yang jadi pilihan pengguna Twitter untuk bermigrasi tersebut?

Diketahui, Elon Musk mengambil alih Twitter, akhir Oktober 2022.

Selanjutnya, ramai pengguna Twitter bermigrasi setelah sejumlah perubahan pasca diambil alih Elon Musk.

Salah satu jejaring sosial yang populer jadi pilihan pengguna Twitter adalah Mastodon.

Ada sejumlah perubahan di Twitter setelah Elon Musk mengambil alih yang jadi kontroversi.

Misalnya, Twitter memungut biaya langganan Twitter Blue seharga 7.99 dollar AS (Rp 124.760) untuk pengguna yang ingin mendapatkan centang biru (verified account).

Sejak Elon Musk mengakuisisi Twitter, dilaporkan medsos yang jadi sasaran migrasi adalah Mastodon.

CEO and lead developer Mastodon, Eugen Rochko, dalam unggahannya mengeklaim hampir 500.000 pengguna telah bergabung dengan Mastodon sejak 27 Oktober 2022 atau bertepatan dengan hari di mana Elon Musk resmi menutup transaksi akuisisi.

Selain itu, pertumbuhan pengguna baru yang mendaftar di Mastodon juga turut melonjak.

Dikutip dari berbagai sumber, biasanya hanya sekitar 60-80 pendaftar per jam sebelum 27 Oktober 2022, menjadi ribuan pendaftar per jam saat ini.

Rochko juga mengeklaim Mastodon telah memiliki 1 juta pengguna aktif bulanan (monthly active user) per Senin 7 November 2022.

Ini merupakan tonggak sejarah baru bagi Mastodon sendiri sejak diluncurkan enam tahun silam.

Lantas, apa itu Mastodon yang banyak digunakan sebagai alternatif Twitter?

Mastodon, jejaring sosial terdesentralisasi

Mastodon adalah jejaring sosial terdesentralisasi dan bersifat terbuka (free, open-source decentralized social media platform).

Mastodon diluncurkan oleh Eugen Rochko pada 2016.

Perangkat lunak Mastodon dikembangkan oleh Mastodon gGmbH, sebuah organisasi nirlaba Jerman yang dipimpin oleh Rochko.

Aplikasi ini bisa di-download di Google Play Store dan Apple App Store, atau bisa juga diakses lewat browser.

Dari segi tampilan, Mastodon memang memiliki antarmuka yang mirip seperti Twitter.

Misalnya, di halaman muka, pengguna bisa melihat linimasa, explore, serta trending topic.

Halaman muka Mastodon juga memiliki tab "hashtag" (tagar) yang sering dipakai di platform serta tab "news" (berita) yang paling sering dibicarakan di platform.

Mastodon juga memiliki fitur yang hampir serupa dengan Twitter.

Sebut saja fitur reply (balas), retweet, bookmark, like, favorite, hashtag (tagar), serta follow (mengikuti) pengguna lain.

Karena fitur dan tampilan yang mirip, tak heran sejumlah pengguna Twitter memutuskan beralih ke Mastodon.

Meski mirip, Mastodon membawa sejumlah perbedaan.

Misalnya, Mastodon memungkinkan penggunanya membuat postingan dengan batas 500 karakter.

Twitter sendiri saat ini memiliki limit hingga 280 karakter per satu tweet.

Mastodon juga menyajikan timeline berdasarkan urutan waktu (chronological feed), bukan berdasarkan algoritma seperti Twitter.

** Ada ribuan server

Yang perlu digarisbawahi, Mastodon adalah platform jejering sosial terdesentralisasi, bukan platform jejaring sosial mandiri macam Twitter, Instagram, dan Facebook.

Misalnya, meski Instagram dan Facebook memiliki induk perusahaan yang sama (Meta Platforms Inc.), pengguna harus tetap membuat akun di Instagram dan Facebook.

Setiap postingan, orang yang diikuti, timeline di Instagram dan Facebook pengguna pun berbeda-beda.

Ini dikarenakan Instagram dan Facebook merupakan dua platform sosial yang terpisah dan berdiri sendiri.

Nah, alih-alih menyerupai jejaring sosial mandiri macam Twitter, Facebook, Instagram, Rochko justru merancang Mastodon lebih seperti layanan e-mail atau RSS.

Jadi Mastodon seperti sistem distribusi yang memungkinkan orang-orang mengirim pesan publik ke siapa saja yang mereka ikuti di layanan.

Alhasil, di Mastodon, siapa saja bisa membuat server dan menjadi host.

Lalu, Mastodon bekerja di background untuk saling menghubungkannya.

Menurut laporan New York Times, setidaknya ada 4.000 server independen yang ada di Mastodon.

Kebanyakan server dijalankan oleh berbagai grup dan individu.

Untuk bergabung dengan Mastodon, pengguna tidak bisa melakukan registrasi seperti biasa, seperti ketika membuat akun baru di Twitter, Facebook, atau Instagram, misalnya.

Di Mastodon, pengguna harus memilih satu server terlebih dahulu untuk mendaftar.

Beberapa di antara server terbuka untuk siapa saja.

Namun, beberapa di antarnya juga memerlukan undangan.

Hal ini bergantung dengan kebijakan tiap-tiap orang yang menjalankan server.

Pengguna bisa menjalankan server sendiri juga.

Contohnya, ada salah satu server bernama "Mastodon.social", yang dioperasikan oleh organisasi nirlaba yang membekingi Mastodon.

Namun, server ini saat ini tidak menerima pengguna baru lagi.

Contoh nama server lainnya adalah Mstnd.social, Mastodon.Art, Toot.community, Scholar.social, dan lainnya.

Nantinya, server yang dipilih bakal menjadi rumah bagi akun, profil, dan timeline pengguna.

Meski begitu, pengguna tetap bisa berinteraksi dengan seluruh server yang ada di Mastodon seperti di jejaring sosial biasanya.

Tiap-tiap pengguna bakal memiliki nama akun (username) mirip seperti alamat e-mail.

Username bakal menyertakan nama pilihan sekaligus nama server tempat pengguna mendaftar. Misalnya, username "janedoe@mastodon.social".

Ini menandakan bahwa pemilik akun tersebut bernama janedoe, yang mendaftarkan lewat server Mastodon.social.

Mastodon juga hadir gratis dan bebas iklan.

Mastodon sebagian besar didanai berdasarkan urunan dari orang-orang yang menggunakannya. (*)

FOLLOW US