• Kabar Pertanian

Bertani Tak Ingkar Janji, Ketut Kota Sukses Bertani Jeruk di Tanah Rantauan

Agus Mughni Muttaqin | Minggu, 06/11/2022 16:22 WIB
Bertani Tak Ingkar Janji, Ketut Kota Sukses Bertani Jeruk di Tanah Rantauan Ketut Kota menunjukkan kebun jeruk miliknya. (Foto: Kementan)

JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo dibeberapa kesempatan mengibaratkan pertanian sebagai merpati putih yang tidak pernah ingkar janji.

"Pertanian itu jelas janjinya, jelas menguntungkan, kamu belum tau aja, kamu belum coba. Belum pernah saya melihat pertanian yang dilakukan secara baik dan benar membuat orang mengalami kerugian dan kesulitan, karena pertanian tidak pernah ingkar janji," kata Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, juga memperkuat pernyataan tersebut dengan mengatakan, masa depan tonggak pertanian dan saat ini ada di tangan anak muda.

"Pertanian adalah sebuah masa depan yang pasti dibutuhkan. Selama manusia hidup selama itu pula pertanian menjadi kebutuhan. Maka ayo anak muda, tunggu apa lagi untuk bergabung di pertanian. Ini masa kalian untuk memimpin pembangunan pertanian Indonesia," ajak Dedi.

Ketut Kota salah satu petani yang berhasil meraup untung dari bertani jeruk. Jauh dari kampung halamannya, ia justru mampu meraup penghasilan hingga Rp 50 juta per musim panen.

Pria paruh baya kelahiran Bali, 31 Desember 1950 ini merantau dan menetap di Desa Puudongi, Sulawesi Tenggara melalui jalur transmigrasi pada tahun 1983.

"Saya ingin membantu menghidupi perekonomian keluarga. Sebagai penghasilan sehari-hari, saya mulanya bertani kedelai dan kapas yang merupakan bantuan dari pemerintah, saat itu penghasilan bertani kedelai dan kapas hanya cukup untuk makan sehari-hari karena harga kedelai dan kapas yang murah. Untuk mengumpulkan uang sabagai tabungan sangatlah sulit," tuturnya

Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan desa tempat dirinya tinggal, desanya mulai tersentuh bantuan dari pemerintah, sehingga membantu perekonomian kehidupan masyarakat Desa Puudongi.

Pada 1985, dinas pertanian mengusulkan membentuk kelompok tani di Desa Puudongi. Ketut Kota melihat dalam organisasi ini pasti ada peluang besar untuk petani lebih maju dalam melakukan kegiatan pertanian bila diperhatikan oleh pemerintah.

Oleh karena itu, ia mengambil kesempatan dan mengusul untuk menjadi atau membentuk kelompok tani. Kemudian usulan tersebut di setujui oleh pihak dinas pertanian dan terbentuklah kelompok tani Suka Damai.

Ketut Kota menanam jeruk merupakan bantuan dari pemerintah pada tahun 2011. Pendapatan pertama menanam jeruk sekitar 1.5 ton. Penghasilan pertahun bertani jeruk berbeda-beda setiap tahunnya.

Pendapatan paling besar yang didapat adalah pada tahun 2020 yaitu sekitar 50.000.000 juta rupiah dengan luas tanaman sebanyak 2 hektera. Besaran pendapan itu ia raup setelah bergabung pada program READSI.

"Adapun Kiat-kiat yang saya lakukan pada saat itu adalah saya menerapkan teknologi yang telah diajarkan selama mengikuti kegiatan sekolah lapang dan mendapat pembinaan dari PPL dan Fasilitator desa," katanya.

"Di antaranya tekun, bertani dengan sungguh-sungguh, Ikuti cara penanaman jeruk yang dianjurkan oleh pemerintah, lakukan penyiangan setiap minggunya, lakukan pemangkasan setiap hari dan lakukan pemupukan setiap enam bulan sekali jika ingin berhasil," sambungnya.

FOLLOW US