• Info MPR

HNW : Nilai Dasar Jawa dan Islam Terkait Dakwah dan Kepemimpinan Tidak Saling Bertentangan.

Akhyar Zein | Kamis, 03/11/2022 10:30 WIB
HNW : Nilai Dasar Jawa dan Islam Terkait Dakwah dan Kepemimpinan Tidak Saling Bertentangan. Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA dalam diskusi terbatas dengan tema “Strategi Kebudayaan dalam Dakwah dan Kepemimpinan” di Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (1/11/2022).(foto: Humas MPR)

JAKARTA - Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA, yang juga anggota Komisi VIII DPR yang antara lain membidangi keagamaan, menyebutkan nilai-nilai dasar Jawa dan Islam terkait dengan dakwah dan kepemimpinan bukan hal yang saling bertentangan.

Malah budaya Jawa yang adiluhung korelatif dengan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin. Budaya Jawa yang berkorelasi dengan keislaman bisa menghadirkan dakwah yang bijak (bilhikmah) dan kepemimpinan yang membawa keberkahan untuk kehidupan.

“Dalam spirit itu, maka penting bagi para penggiat dakwah dan pencinta budaya Jawa, untuk memahami strategi budaya dalam dakwah dan hadirkan kepemimpinan dengan makin memahami dan menggali budaya terutama budaya Jawa yang korelatif dengan nilai-nilai keislaman,” kata Hidayat Nur Wahid dalam diskusi terbatas dengan tema “Strategi Kebudayaan dalam Dakwah dan Kepemimpinan” di Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (1/11/2022).

HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid, mencontohkan diantara budaya Jawa yang berkorelasi dengan nilai-nilai keislaman, seperti yang termaktub dalam buku Serat Wulangreh karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, nilai-nilai yang diajarkan pujangga Jawa Raden Ngabehi Ronggowarsito soal zaman edan dan pentingnya selalu waspada, dan tokoh Tamansiswa Ki Hadjar Dewantara yang ajarkan prinsip : ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Juga nilai-nilai dalam wayang kulit yang dikreasikan oleh Walisongo seperti adanya punokawan serta jimat kalimosodo. Bahkan dalam lakon “wahyu makutoromo”, ada ajaran kepemimpinan yang dibentangkan oleh Ratu Kresno, yang sangat populer dan dikenal dengan istilah “Hastabrata”, yang juga sangat korelatif dengan ajaran Islam.

“Hastabrata” menggambarkan kepemimpinan dalam delapan unsur alam, yaitu bumi, matahari, api, samudra, langit, angin, bulan, dan bintang. Menurut HNW, melaksanakan kepemimpinan dengan spirit Hastabrata bisa menghadirkan kepemimpinan sebagaimana diajarkan oleh Islam juga. Dengan Hastabrata, kepemimpinan tidak bisa lepas dari lingkungan kehidupan itu sendiri. “Hastabrata melambangkan kepemimpinan yang melekat aktif positif dalam kehidupan sehar-hari,” ujarnya.

“Jadi, sangat penting bagi para pegiat dakwah dan pecinta budaya Jawa, untuk membumikan kepemimpinan dalam konteks dakwah dengan merujuk pada Hastabrata,” tutur HNW.

Maka, HNW menambahkan, strategi pengukuhan budaya dalam dakwah dan kepemimpinan bisa dilakukan dengan memaksimalkan dan menguatkan partai politik yang mempunyai visi dan komitmen terhadap lestari dan dipraktekkannya nilai-nilai kejawaan sekaligus keislaman yang sudah direkomendasikan para wali, sunan, para pujangga, juga tokoh seperti Ki Hadjar Dewantara. Sehingga diantara kegiatan utama partai politik adalah untuk menghasilkan pemimpin yang dengan etikanya siap berada di depan, di tengah, maupun di belakang.

 

FOLLOW US