• Bisnis

Kolaborasi dengan BPS, NFA Siapkan Satu Data Pangan

Eko Budhiarto | Sabtu, 29/10/2022 06:06 WIB
Kolaborasi dengan BPS, NFA Siapkan Satu Data Pangan Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi (kiri)

BOGOR - Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) bersama
Badan Pusat Statistik (BPS) tengah menyiapkan Satu Data Pangan. Data terintegrasi tersebut meliputi stok, distribusi, dan pasokan pangan nasional.

Data yang dihimpun dari 514 kota dan kabupaten itu akan menjadi acuan pengendalian inflasi di sektor pangan.

Kepala NFA, Arief Prasetyo di sela rapat koordinasi persiapan Satu Data Pangan di IICC Bogor, Jumat (28/10/2022) mengatakan evaluasi terhadap potensi inflasi membutuhkan parameter angka survei yang dikeluarkan BPS. Dari angka tersebut, selanjutnya diambil langkah cepat guna mengantisipasi kenaikan harga pangan.

"Ini titik awal, nanti kita akan petakan satu per satu. Setelah ini pastinya kedeputian Badan Pangan dan BPS pasti akan bertemu, apa-apa saja yang kita perlukan. Tentunya yang bisa sangat cepat kita eksekusi, karena ini enggak bisa nunggu," kata Arief.

Dia menambahkan, pihaknya kini sedang memetakan data-data dari dinas ketahanan pangan seluruh Indonesia. Hal dilakukan untuk mengantisipasi secara cepat kenaikan harga pangan di suatu daerah, dengan segera mengirimkan stok yang cukup dari daerah produsen.

Dengan begitu, menurutnya, data statistik di BPS juga akan menunjukkan bahwa inflasi dapat dikendalikan dengan baik.

Menurut data BPS inflasi secara nasional mencapai 5,95 persen dari September 2021 ke September 2022. Pada Bulan September 2022 terjadi inflasi sebesar 1,17 persen dipicu oleh transportasi yang mengalami inflasi 8,88 persen sehingga menyumbang 1,08 persen.

Sementara, kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau pada September mengalami deflasi atau penurunan harga-harga secara umum sebesar 0,3 persen sehingga memberi andil terhadap inflasi keseluruhan sebesar minus 0,08 persen.

Komoditas dominan yang memberi andil terhadap deflasi meliputi bawang merah dengan andil minus 0,06 persen, cabai merah minus 0,05 persen, dan minyak goreng minus 0,03 persen.

Selanjutnya juga tomat dengan andil terhadap deflasi sebesar minus 0,02 persen, cabai rawit minus 0,02 persen, dan ikan segar minus 0,01 persen.

"Mobilisasi stok dari daerah satu ke daerah lain, ini juga saya lagi pikirkan, karena bisa jadi produksi jagung yang luar biasa di NTB, karena kita tidak tahu kemana arahnya, kadang-kadang beberapa sentra produksi ternak seperti Blitar dan lain-lain tidak dapat. Kalau Badan Pangan Nasional langsung eksekusi. Pak Margo (kepala BPS) heran beberapa produk kok enggak naik, malah turun, karena sudah kita lock," papar Arief.

 

FOLLOW US