• Kabar Pertanian

Pupuk Mahal, Mentan SYL: Lakukan Segala Cara agar Produktivitas Pertanian Terjaga

Agus Mughni Muttaqin | Rabu, 26/10/2022 21:00 WIB
Pupuk Mahal, Mentan SYL: Lakukan Segala Cara agar Produktivitas Pertanian Terjaga Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo bersama Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi. (Foto: Kementan)

JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan akan melakukan berbagai cara untuk menjaga produktivitas pertanian dalam negeri tetap terjaga di tengah mahalnya harga pupuk.

Demikian disampaikan Mentan Syahrul saat membuka Training of Trainer (TOT) Solusi Pupuk Mahal bagi Widayaiswara, Guru, Dosen, dan Penyuluh Pertanian di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara, Bogor, Rabu (26/10).

"Indonesia adalah negara keempat terbesar dunia setelah China, Amerika Serikat (AS), dan India. Oleh karena itu, apapun harus dilakukan agar produktivitas Indonesia lebih baik dan tidak turun," tegas Syahrul.

Mentan Syahrul mengatakan, sudah saatnya mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Sebaliknya, memaksimalkan kearifan lokal (pupuk organik) yang ada di sekitar untuk mendongkrak produksi pertanian.

"Kalau mau produksi naik pakai pupuk, tapi kalau tidak ada pupuk, dunia selesai. Tidak. Kita bisa bikin pupuk sendiri. Ini karena kita ingin instan terus. Kita dijejali dengan pupuk yang bernilai komersial. Saatnya pakai kekuatan kita," tegas Mentan.

Mantan gubernur Sulawei Selatan itu mengatakan, sudah banyak teknologi yang dapat digunakan untuk membuat sendiri pupuk organik. Hanya saja belum dimaksimalkan dengan baik.

"Banyak contoh-contoh yang berhasil, katakanlah dengan kearifan lokal. Kearifan lokal sudah memperlihatkan hasilnya yang tidak kalah dengan pupuk kimia," imbuh pria yang biasa disapa SYL itu.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menambahkan, dampak perubahan iklim, pandemi covid-19, dan perang Rusia dan Ukraina tak hanya membuat harga pangan mahal di tingkat global. Namun, juga membuat sarana prasarana pertanian, utamanya pupuk menjadi mahal.

"Pupuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas 15-75 persen, sehingga mana kala ada kenaikan harga pupuk saat ini signifikan tentu ini akan memukul secara telak para petani kita, dan praktisi pertanian kita," kata Dedi.

Untuk itu, lanjut Dedi, tujuan TOT bertujuan untuk meningkatkan agenda intelektual guru, dosen, dan penyuluh pertanian bagaiman cara mengatasi pupuk yang mahal.

"Saya sangat berharap materi yang disampaikan di dalam TOT ini segera disampaikan kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Poktan, Gapoktan, Kelompok Wanita Tani (KWT), petani milenial, Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), dan semua praktisi pertanian," harap Dedi.

Sebagai informasi, kegiatan TOT ini dihadiri 7.680 peserta yang terdiri dari widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian seluruh Indonesia. Namun demikian, realisasi registrasi peserta secara online mencapai 12.228 pendaftar atau 159,22 persen.

FOLLOW US