• News

Pers Tunisia Kagum Toleransi Beragama di Indonesia

Akhyar Zein | Kamis, 20/10/2022 20:45 WIB
Pers Tunisia Kagum Toleransi Beragama di Indonesia Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Luar Negeri, Ahmad Basarah, ketika menerima dua pimpinan media besar di Tunisia di kantor DPP PDI Perjuangan, Kamis (20/10/22).(foto: Humas MPR)

JAKARTA – Dua pimpinan media besar di Tunisia, Sofien Rejeb dari ‘’Dar es Sabah’’ dan Najmeddine Akkeri dari ‘’Asysyourouk’’, menyatakan kekaguman mereka terhadap toleransi, keragaman, dan kehidupan beragama masyarakat Indonesia. Hal tersebut dikatakan saat mereka  berkunjung ke kantor DPP PDI Perjuangan, Kamis (20/10/22).

Kedatangan dua pimpinan media besar di Tunisia tersebut disambut oleh Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Luar Negeri, Ahmad Basarah,  sedangkan rombongan Tunisia didampingi atase ekonomi Kedubes RI di Tunisia Baskoro Ramadani dan staf lokal KBRI di Tunisia, Lamia.

‘’Setelah melihat langsung Indonesia, kami menyadari Indonesia jauh lebih bagus dari yang kami bayangkan sebelum kami berkunjung. Indonesia ternyata negara yang aman, modern, masyarakatnya juga ramah. Kami ingin tahu lebih jauh, mengapa masyarakat Indonesia yang berbicara dengan banyak bahasa bisa dipersatukan oleh satu bahasa saja,’’ kata Sofien Rejeb.

Menurut Najmeddine Akkeri, ada kesamaan yang banyak antara Tunisia dan Indonesia. Kedua negara dihuni oleh penduduk mayoritas Muslim, namun toleransi antarumat beragama berlangsung baik di mana mayoritas tidak melakukan diskriminasi atas minoritas. Tunisia kini berpenduduk 10.777.500 jiwa dengan mayoritas (98%) beragama Islam beraliran Sunni, sementara sisanya beragama Kristen dan Yahudi.

‘’Kendati kami mayoritas Muslim, tapi negara kami punya menteri beragama Yahudi. Kaum Yahudi dari berbagai penjuru dunia juga datang ke Tunisia untuk melakukan ritual keagamaan, sebagaimana seluruh umat Islam dunia datang ke Makkah,’’ jelas Najmeddine Akkeri.

Hal menarik yang dicatat Sofien Rejeb adalah bahwa dia menyaksikan kaum perempuan di Ibukota Jakarta tidak semuanya mengenakan jilbab, padahal Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Menurut dia, pemandangan seperti ini bisa disaksikan juga di Tunisia, di mana kaum perempuan di negara itu bebas memilih mengenakan jilbab atau tidak.

‘’Baik di kota maupun di kampung, mereka keluar mengenakan jilbab bukan atas perintah negara seperti di negara tertentu, tapi karena mereka memerlukannya untuk melindungi kepala mereka dari sinar Matahari,’’ jelas Sofien Rejeb.

Ahmad Basarah menjelaskan bahwa kebhinekaan masyarakat Indonesia dipersatukan oleh ideologi Pancasila. Kendati mayoritas rakyat Indonesia adalah Muslim, Ahmad Basarah yang juga menjabat Wakil Ketua MPR RI itu menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara Islam tapi negara kebangsaan.

‘’Para pendiri bangsa kami bersepakat bahwa untuk masyarakat Indonesia yang beragam, tidak mungkin satu agama tertentu menjadi ideologi negara buat mereka. Karena itulah para pendiri bangsa sepakat memilih Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.

Ahmad Basarah mengapresiasi sikap moderat mayoritas Muslim di Tunisia yang menghargai posisi dan peran politik kaum perempuan di berbagai bidang. Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. Tunisia kini memiliki kepala pemerintahan perempuan bernama Najla Bouden.

 

FOLLOW US