• News

Pemrotes Anti Perang di Televisi Rusia Jadi Buron setelah Melarikan Diri

Yati Maulana | Selasa, 04/10/2022 10:30 WIB
Pemrotes Anti Perang di Televisi Rusia Jadi Buron setelah Melarikan Diri Mantan pegawai TV negara Rusia Marina Ovsyannikova menghadiri sidang pengadilan di Moskow, Rusia, 28 Juli, 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Wartawan TV Rusia Marina Ovsyannikova, yang terkenal karena menggelar protes dalam siaran langsung TV terhadap perang Rusia di Ukraina, telah dimasukkan dalam daftar orang yang dicari Moskow setelah diduga melarikan diri dari tahanan rumah pra-persidangan.

Ovsyannikova, 44, diberikan tahanan rumah dua bulan pada Agustus, dan menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara jika terbukti bersalah menyebarkan berita palsu tentang angkatan bersenjata Rusia.

Kasus ini berkaitan dengan protes pada bulan Juli ketika dia berdiri di tanggul sungai di seberang Kremlin dan mengangkat poster yang menyebut Presiden Vladimir Putin sebagai pembunuh dan tentaranya fasis.

Namun, outlet berita pemerintah Russia Today melaporkan pada hari Sabtu bahwa dia telah pergi, dan keberadaannya tidak diketahui. "Tadi malam, mantan istri saya meninggalkan tempat yang ditetapkan pengadilan untuknya sebagai tahanan rumah dan, bersama dengan putri saya yang berusia 11 tahun, melarikan diri ke arah yang tidak diketahui," kata mantan suaminya itu.

Pada hari Senin, namanya dapat dilihat di daftar buronan online kementerian dalam negeri, disertai dengan sebuah foto.

Rusia mengesahkan undang-undang yang melarang mendiskreditkan angkatan bersenjata pada 4 Maret, delapan hari setelah menginvasi Ukraina.

Ovsyannikova, yang lahir di Ukraina, menjadi terkenal di dunia internasional pada bulan Maret dengan berjalan di depan kamera studio selama siaran berita malam di saluran utama Channel One dengan plakat bertuliskan "Hentikan perang" dan "Mereka berbohong kepada Anda ".

Dia telah didenda untuk dua protes sebelumnya terhadap perang.

Rusia mengatakan bahwa apa yang disebutnya "operasi militer khusus" diperlukan untuk mencegah Ukraina menjadi platform agresi Barat, dan untuk membela penutur bahasa Rusia.

Kyiv dan sekutu Baratnya menolak argumen ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang akuisisi gaya kekaisaran.

FOLLOW US