• Bisnis

Merger Pelindo: Berjaya di Indonesia, Berwibawa di Dunia

Pamudji Slamet | Selasa, 20/09/2022 14:15 WIB
Merger Pelindo: Berjaya di Indonesia, Berwibawa di Dunia Ilustrasi

JAKARTA - Sabtu, 1 Oktober 2022, menjadi hari penting bagi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo. Pada hari itulah, korporasi pelabuhan milik negara tersebut menandai satu tahun usia merger.

Jika mundur sedikit ke belakang, sesungguhnya, penggabungan BUMN pelabuhan telah diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo sejak 2014. Seiring perjalanan waktu, penggabungan resmi dilakukan
pada 1 Oktober 2021, setelah Presiden menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2021 Tentang Penggabungan PT Pelindo I, III, dan IV (Persero) ke dalam PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).

Ada banyak harapan dan cita-cita yang melatari merger nan bersejarah tersebut. Dan puncak cita-cita itu, tak lain- tak bukan, adalah menempatkan Pelindo sebagai perusahaan pelabuhan yang berjaya di Indonesia dan berwibawa di dunia.

Sejatinya, Pelindo layak berjaya di Indonesia, sekaligus berwibawa di dunia. Hal ini tecermin dari beberapa Indikator. Salah satu indikator adalah kekuatan fundamental ekonomi perusahaan setalah dilakukan merger.

Dengan dilakukannya penggabungan, aset Pelindo kini menjadi Rp 8.475.067.000.000. Hal itu sebagaimana tertuang di Pasal 3 Ayat 2 dalam Peraturan Pemerintah (PP) 101/2021 tentang Penggabungan Perseroan PT Pelabuhan I, III dan IV ke dalam PT Pelabuhan Indonesia II.

Angka tersebut berasal dari penggabungan masing-masing aset perusahaan sebelum merger. Yakni, Pelindo I Rp 1,7 triliun atau sebanyak 1,7 juta saham, lalu Pelindo III Rp 2.218.953.000.000, dan Pelindo IV sebesar Rp 3.112.085.000.000.

Tak hanya aset, efek positif merger juga tecermin dari pencapaian laba perusahaan. Seperti disampaikan
Group Head Sekretariat Perusahaan Pelindo Ali Mulyono, setelah melakukan merger, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo tahun 2021 berhasil membukukan laba sebesar Rp3,2 triliun. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan laba tahun 2020 yang berada di angka Rp3 triliun.

Naiknya laba berbanding lurus dengan pendapatan. Menurut Ali, pendapatan perusahaan tahun 2021 menyentuh angka Rp28,8 triliun. Pencapaian ini, melebihi pendapatan pada 2020, yang mencapai Rp26,6 Triliun.

Tak berhenti di angka-angka keuangan, atmosfer positif merger juga mendongkrak produktivitas di sejumlah pelabuhan. Menurut Ali, peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.

Dia menyontohkan peningkatan produktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan. Di terminal ini, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam menjadi 45 boks per kapal per jam.

Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari.

Tol Laut

Dari sisi waktu, bersatunya empat perusahaan pelabuhan menjadi satu, terbilang strategis. Merger Pelindo terjadi ketika pemerintah menggenjot program tol laut. Tentu, Pelindo yang semakin kuat fundamental ekonominya akan lebih leluasa dan optimal kontribusinya menyukseskan tol laut, program prestisius itu.

Lihat saja, Pelindo dengan leluasanya memaksimalkan hub and spoke untuk mendukung operasional tol laut.

“Saat ini kegiatan tol laut banyak di Tanjung Perak ke daerah kecil, dengan adanya merger Pelindo maka dukungan konektivitas akan menajdi lebih baik sehingga dukungan operasional tol laut bisa lebih dirasakan,” kata Direktur Pengelola Pelindo Putut Sri Muljanto
saat RDP dengan Komisi V DPR, Senin, 4 Juli 2022.

Setelah bersatu, kini Pelindo mengelola 110 pelabuhan. Dari 110 pelabuhan tersebut, kata Putut, sebanyak 20 pelabuhan dioperasikan untuk melayani tol laut

“Sebagian besar kegiatan tersebut bermuara dari Tanjujg Perak Surabaya. Di Tanjung Priok hanya ada dua trayek sebagian besar di Surabaya,” tutur Putut. 

Di samping itu, lanjut Putut, Pelindo juga memberikan dukungan insentif untuk kelancaran tol laut, yaitu prioritas sandar kapal. Setiap kapal tol laut yang datang di pelabuhan Pelindo, menurut Putut ,akan langsung dapat melakukan sandar kapal. 

Biaya Logistik

Bersatunya perusahaan pelabuhan plat merah juga menandai naiknya pamor industri pelabuhan Tanah Air di kancah internasional. Berbanding lurus dengan naiknya pamor tersebut, perusahaan pelabuhan juga diyakini mampu menekan biaya logistik. Seperti diketahui, biaya logistik Indonesia tercatat paling mahal di dunia yakni sebesar 26%. Tentu, tingginya biaya logistik menyulitkan industri untuk bersaing di pasar global.

"Dan ternyata kita terbangun dari merger. Setelah di-merger, petikemas kita, pelabuhan petikemas kita secara besaran, size capacity, nomor 8 terbesar di dunia, yang selama ini kita kalau logistik harus lewat Singapura, harus lewat Malaysia, harus lewat negara lain," ujar Menteri BUMN Erick Thohir.

Dengan adanya merger, logistik di Indonesia diyakini akan memiliki nilai kompetitif. Dengan demikian, pengiriman dari Indonesia bisa langsung ke negara tujuan, seperti di Eropa atau Amerika.

Akhirnya, kendati usia merger baru satu tahun, namun Pelindo akan lebih gesit dan bertenaga menapaki kompetisi di industri pelabuhan, di tahun-tahun selanjutnya. Tak hanya lokal, kegesitan itu juga bakal terlihat di tataran global. Maka cukup beralasan bila dikatakan merger akan menjadikan Pelindo berjaya di Indonesia, sekaligus berwibawa di dunia.

 

FOLLOW US