• News

Korban Tewas Konflik Perbatasan Kirgistan-Tajik Meningkat Menjadi 81 Orang

Yati Maulana | Minggu, 18/09/2022 22:45 WIB
Korban Tewas Konflik Perbatasan Kirgistan-Tajik Meningkat Menjadi 81 Orang Konfrontasi militer di perbatasan Kirgistan-Tajik di sebuah lokasi tak dikenal di wilayah Batken, Kirgistan, 16 September 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Kirgistan dan Tajikistan mengatakan pada hari Minggu jumlah korban tewas dari konflik perbatasan mereka telah meningkat menjadi 81 orang, ketika gencatan senjata yang rapuh diadakan antara dua negara Asia Tengah untuk hari kedua dan sekutu bersama mereka Rusia mendesak de-eskalasi.

Bekas republik Soviet bentrok karena sengketa perbatasan pada 14-16 September, saling menuduh menggunakan tank, mortir, artileri roket, dan pesawat tak berawak untuk menyerang pos-pos dan pemukiman di dekatnya.

Masalah perbatasan Asia Tengah sebagian besar berasal dari era Soviet ketika Moskow mencoba membagi wilayah antara kelompok-kelompok yang pemukimannya sering terletak di tengah-tengah etnis lain.

Kirgistan pada hari Minggu melaporkan 46 kematian dari pertempuran sebelumnya dan juga mengatakan telah mengevakuasi sekitar 137.000 orang dari daerah konflik. Pemerintah menyatakan 19 September sebagai hari berkabung bagi para korban.

Media Kirgistan, yang menggambarkan konflik itu sebagai invasi, melaporkan pada hari Minggu beberapa pengungsi sudah mulai kembali ke rumah mereka.

Tajikistan juga melaporkan korbannya pada hari Minggu, mengatakan bahwa 35 orang tewas. Belum ada laporan evakuasi massal dari daerah tersebut.

Kementerian luar negeri Tajikistan mengatakan Kirgistan melanjutkan kampanye media menentangnya dan mencatat bahwa Presiden Kirgistan Sadyr Japarov menggunakan istilah "musuh" untuk merujuk ke Tajikistan dalam pidatonya hari Sabtu.

Kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata pada 16 September yang sebagian besar telah bertahan meskipun ada beberapa dugaan insiden penembakan.

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara melalui telepon dengan Japarov dan Presiden Tajik Emomali Rakhmon pada hari Minggu, kata Kremlin.

Putin mendesak kedua pihak untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan situasi "secara eksklusif dengan cara damai, politik dan diplomatik sesegera mungkin", menawarkan bantuan, kata kantornya dalam sebuah pernyataan.

FOLLOW US