JAKARTA - Seorang anak laki-laki Rohingya berusia 15 tahun tewas dan sedikitnya enam orang terluka ketika mortir yang ditembakkan dari Myanmar meledak di Bangladesh. Peristiwa ini adalah yang terbaru dalam serangkaian insiden kekerasan, kata para pejabat dan seorang pemimpin Rohingya.
Lebih dari satu juta Rohingya tinggal di kamp-kamp di Bangladesh selatan yang terdiri dari pemukiman pengungsi terbesar di dunia, sebagian besar telah melarikan diri dari Myanmar selama tindakan keras militer pada tahun 2017.
Rohingya telah terperangkap dalam baku tembak antara militer Myanmar dan Tentara Arakan, sebuah kelompok bersenjata yang berjuang untuk penentuan nasib sendiri bagi etnis minoritas di negara bagian Rakhine.
Remaja itu tewas pada Jumat malam, kata Dil Mohammed, seorang pemimpin Rohingya di tanah tak bertuan, sebidang tanah di sepanjang perbatasan Myanmar-Bangladesh di mana diperkirakan 4.000 orang Rohingya tinggal.
"Kami hidup di sini dalam ketakutan terus-menerus. Kapan saja bencana apa pun bisa terjadi," kata Mohammed kepada Reuters melalui telepon.
Protes keras akan diajukan ke Myanmar atas insiden tersebut, kata seorang pejabat pemerintah Bangladesh dan petugas penjaga perbatasan.
Bangladesh bulan ini mengeluarkan pernyataan yang menyatakan "keprihatinan mendalam atas jatuhnya mortir di dalam wilayah Bangladesh, tembakan udara tanpa pandang bulu dari Myanmar di daerah perbatasan, dan pelanggaran wilayah udara dari Myanmar".
Utusan Myanmar di Dhaka telah dipanggil tiga kali dalam beberapa pekan terakhir agar kekhawatiran itu bisa tersampaikan.