• Bisnis

Harga BBM Naik, 2 Jurus yang Harus Dilakukan Investor agar Investasi Tetap Maksimal

Tri Umardini | Rabu, 07/09/2022 13:01 WIB
Harga BBM Naik, 2 Jurus yang Harus Dilakukan Investor agar Investasi Tetap Maksimal Harga BBM Naik, 2 Jurus yang Harus Dilakukan Investor agar Investasi Tetap Maksimal (THE CONSERVATION)

JAKARTA - Pemerintah akhirnya mulai menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi.

Rinciannya harga Pertalite naik dari Rp7.650 jadi Rp10,000 per liter, Solar dari Rp 5.150 jadi Rp6,800 per liter, dan Pertamax dari Rp12.500 jadi Rp14,500 per liter mulai berlaku pada Sabtu, 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.

Dikutip dari Bareksa, Tim Analis Bareksa mengungkapkan, kenaikan harga BBM ini dapat mendorong inflasi ke level lebih tinggi hingga akhir 2022, serta berpotensi mempengaruhi suku bunga acuan Indonesia naik lebih tinggi ke kisaran level 4,25%.

Kenaikan inflasi bisa menggerus daya beli masyarakat, serta berdampak kurang baik terhadap kinerja keuangan emiten.

Selain itu, juga bisa menyebabkan fluktuasi tinggi di reksadana berbasis saham dalam jangka pendek.

Selain itu, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan juga akan mendorong imbal hasil (yield) acuan Obligasi Negara berpotensi naik ke level lebih tinggi.

Kondisi itu berpotensi mendorong pelemahan harga obligasi, serta mayoritas reksadana pendapatan tetap.

Namun guna mengantisipasi agar inflasi tidak naik terlalu tinggi, pemerintah telah menyalurkan bantuan sosial ke masyarakat senilai total Rp24,17 triliun dan diharapkan bisa menjaga daya beli masyarakat serta pertumbuhan ekonomi.

Kinerja pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jumat pekan lalu (2/9/2022) naik 0,34% ke level 7.177,18.

Berdasarkan data id.investing.com (diakses 02/09/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,1%.

Apa yang bisa dilakukan investor?

Menurut Tim Analis Bareksa, di tengah sentimen kenaikan harga BBM dan potensi fluktuasi pasar dalam jangka pendek, Smart Investor bisa menerapkan 2 jurus ini agar investasinya tetap mencatatkan kinerja maksimal :

1. Melihat potensi pelemahan yield SBN acuan, serta fluktuasi tinggi di pasar saham dalam jangka pendek, investor dapat mendiversifikasi investasinya di reksadana pasar uang dan Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR017 yang lebih stabil.

SR017 menarik minat investor karena Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel ini menawarkan imbal hasil tertinggi dibandingkan SBN Ritel seri sebelumnya sepanjang tahun 2022. Selain itu, SR017 yang memberikan imbal hasil 5,9% per tahun ini, juga jauh di atas rata-rata bunga deposito perbankan 3,23% per tahun (Pusat Data Kontan dikutip 31/8/2022).

Setelah dipotong pajak 10%, imbal hasil bersih SR017 masih 5,31%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata bunga deposito yang setelah dipotong pajak 20% jadi sekitar 2,58%.

2. Bagi investor agresif sebaiknya wait and see (menanti) terlebih dulu untuk kembali mempertimbangkan masuk berinvestasi di reksadana berbasis saham hingga fluktuasi pasar mereda dan indeks saham (IHSG) bisa ke level yang lebih rendah di bawah level 7.000.

Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif ialah sebagai berikut :

Imbal Hasil 1 Tahun (per 2 September 2022)

Reksadana Indeks
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 27,41%
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 21,83%

Reksadana Saham
Sucorinvest Maxi Fund : 28%
Cipta Syariah Equity : 20,05%

Imbal Hasil 3 Tahun (2 September 2022)

Reksadana Pendapatan Tetap
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 31%
Mandiri Investa Dana Syariah : 13,92%

Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 17,42%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 17,54%

Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (*)

 

FOLLOW US