JAKARTA - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengatakan negaranya tidak akan menghadapi situasi seperti krisis ekonomi di Sri Lanka meskipun pemerintahnya telah mencari pinjaman dari badan-badan global di tengah penurunan cadangan dan melonjaknya biaya impor.
Dalam wawancara dengan mitra Reuters ANI, yang disiarkan menjelang kunjungannya ke India pada hari Senin, Hasina mengatakan bahwa ekonomi Bangladesh tetap kuat meskipun ada dampak COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Ekonomi Bangladesh senilai $ 416 miliar telah menjadi salah satu yang tumbuh paling cepat di dunia selama bertahun-tahun, tetapi cadangan devisa yang berkurang karena tagihan impor yang meningkat telah mendorong pemerintah untuk mencari pinjaman dari badan-badan global, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF).
"Bangladesh selalu tepat waktu (dalam membayar) utang kami; tingkat utang kami sangat rendah dalam konteks Sri Lanka," kata Hasina. "Beberapa orang telah mengangkat masalah ini bahwa Bangladesh akan menjadi Sri Lanka, tetapi saya dapat memastikan bahwa itu tidak akan terjadi."
Sri Lanka mencapai kesepakatan awal dengan IMF pada hari Kamis untuk pinjaman sekitar $ 2,9 miliar, setelah negara itu jatuh ke dalam krisis karena salah urus ekonomi dan pandemi COVID-19 menghapus industri pariwisata utamanya.
Selama kunjungan empat harinya ke India, Hasina akan bertemu dengan mitranya dari India dan para pemimpin lainnya.