• Oase

Menilik Profil Singkat Kaum Tsamud

Rizki Ramadhani | Senin, 05/09/2022 12:10 WIB
Menilik Profil Singkat Kaum Tsamud Ilustrasi kota Kaum Tsamud (foto:syahida)

JAKARTA - Isi kandungan dalam Al-Qur’an banyak memuat sejarah, termasuk sejarah para nabi dan rasul terdahulu serta kaumnya. Karena itu, kita akan menilik profil kaum Tsamud secara ringkas guna memetik manfaatnya.

Nama Tsamud diambil dari nama leluhur mereka, Tsamud bin Amid (atau `Abir) bin Iram, yang merupakan keterunan dari Sam, salah satu putra nabi Nuh `Alaihissalam yang selamat dalam bahtera saat banjir. Karenanya, nenek moyang mereka nasabnya sampai kepada Sam bin Nuh. Kaum Tsamud diperkirakan berasal dari wilayah Arab Selatan yang kemudian pindah menuju bagian utara Jazirah Arab.

Diperoleh keterangan dari `Abdullah bin ĘżUmar Radhiyallahu ‘Anhu dan Ibnu Katsir Rahimahullah, bahwa daerah Tsamud disebut Al-Hijr, sedangkan kota Mada`in Salih sebagai Ardh Tsamud (negeri Tsamud) dan Bayt Tsamud (kediaman Tsamud).

Ada pula yang menamai mereka dengan Ashab Al-Hijr (penduduk Al-Hijr). Di daerah Hijr yang terletak di kawasan pegunungan di semenanjung Arab bagian utara, antara Hijaz dan Syam, serta Wadil Qura dan daerah sekitarnya. Sekarang disebut Mada`in Salih yang bermakna kota Shalih. Tepatnya di Gunung Athlab, inilah yang umumnya lebih dikenal sebagai tempat tinggal kaum Tsamud.

Kaum Tsamud termasuk salah satu peradaban kuno di Arab. Peradaban mereka berkembang khususnya di bidang pertanian, peternakan dan arsitektur. Mereka merupakan keturunan kaum `Ad awal yang selamat dari peristiwa angin topan yang menghancurkan kaumnya.

Seiring waktu, keturunan kaum Tsamud mulai meninggalkan ajaran nabi Hud `alaihissalam dan menyembah berhala berupa patung dan memberikan sikap tadharru` (perendahan diri) kepadanya. Pada akhirnya menjadi tradisi turun-temurun kaum Tsamud.

Al-Qur’an menjelaskan dalam surah Al-A`raf (ke-7) ayat 74, Al-Hijr (ke-15) ayat 82 dan Asy-Syu`ara` (ke-26) ayat 149, bahwa sesuai dengan keahliannya, kaum Tsamud memahat sebagian dari gunung-gunung dan bukit cadas untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin dan terampil. Rumah-rumah itu ditempati di musim dingin guna melindungi diri dari hujan dan angin kencang.

Mereka juga membuat berbagai istana di tanah-tanah yang datar untuk ditempati pada saat musim panas. Kehidupan kaum Tsamud makmur dan sejahtera. Wilayah mereka subur, banyak terdapat perkebunan, dan juga pepohonan seperti kurma, serta memiliki sumber air. Sebagaimana yang diuraikan dalam surah Asy-Syu`ara` (ke-26) ayat 147 dan 148.

Ada beberapa pendapat yang kurang tepat menyatakan Mada`in Shalih adalah Petra, padahal Petra merupakan ibukota Nabath yang terletak 500 km (310 mil) barat laut Mada`in Shalih.

Berdasarkan prasasti dari tahun 715 SM dari Raja Asyur, Sargon II, yang berkuasa pada 722-705 SM, disebutkan bahwa kaum Tsamud adalah penghuni Arab bagian tengah dan utara. Dari sumber tertua ini menunjukkan eksistensi kaum Tsamud pada masa itu. Walau demikian, keberadaan mereka sudah lebih tua dari tanggal prasasti tersebut.

Berdasarkan Al-Qur`an surah Al-A`raf (ke-7) : 78, Hud (ke-11) : 67, Al-Hijr (ke-15) : 83, Al-Qamar (ke-54) : 31 dan Fussilat (ke-41) : 17, diuraikan bahwa kaum Tsamud binasa disebabkan gempa, suara keras yang mengguntur dan sambaran petir.

Setiap orang yang merasakan bencana tersebut mengalami kematian, kecuali nabi Saleh `alaihissalam dan para pengikutnya yang telah dahulu meninggalkan kaumnya.

Para sejarawan mengelompokkan kaum Tsamud ke dalam kelompok etnik Arab Baidah. Kelompok ini merupakan kelompok etnik yang telah musnah sebelum penyebaran Islam di Jazirah Arab. Walaupun kaum Tsamud sudah musnah, namun hasil ukiran dan pahatan mereka masih dapat ditemui di Gunung Athlab dan hampir seluruh Arab bagian tengah.

Semoga yang singkat ini dapat menjadi peringatan kepada semua insan manusia di sepanjang masa. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US