• Kabar Pertanian

Hadapi Krisis Pangan Global, Kementan Dorong Masyarakat Konsumsi Pangan Lokal

Agus Mughni Muttaqin | Kamis, 01/09/2022 19:44 WIB
Hadapi Krisis Pangan Global, Kementan Dorong Masyarakat Konsumsi Pangan Lokal Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam acara Ngobrol Asik (Ngobras) Penyuluhan volume 35 bertemakan `Yang Lokal yang Bercuan`, Jakarta, Selasa (30/8). (Foto: Kementan)

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menjalankan berbagai upaya untuk mengatasi ancaman krisis pangan global. Di antaranya, mendorong masyarakat mengkonsumsi pangan lokal.

Indonesia sendiri dikenal sebagai negara kaya penghasil pangan lokal dengan keanekaragaman sumber pangan yang sangat besar.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pangan lokal merupakan bagian dari budaya, dan budaya tersebut harus dijaga dan ditingkatkan baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya secara masif, dan gerakan itu harus dimulai dari diri sendiri.

"Kita harus membiasakan diri mengkonsumsi pola makan yang sehat dengan pangan lokal yang baik, kita bisa karena terbiasa, kebiasaan ini juga saya terapkan ke diri sendiri, memang harus dipaksa sedikit, tapi pasti bisa, mulai dari diri sendiri dulu," ajak Syahrul.

Syahrul menambahkan mencintai pangan lokal, juga sama artinya dengan mencintai petani Indonesia, dari kaum milenial, perbankan, hingga pelaku UMKM, harus mengambil peran lebih dari peluang yang diberikan di bidang pangan, dan pemerintah berkomitmen mendukung penuh upaya tersebut.

"Kaum milenial bisa ikut berperan, sekarang anak anak milenial punya start up, semangat muda itu yang harus kita tangkap, kita konsentrasi juga untuk anak milenial agar ikut membangun pertanian khususnya di bidang pangan lokal," ujar Syahrul.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan masyarakat harus mulai mengkonsumsi pangan lokal agar tidak bergantung pangan impor.

"Solusi dari krisis pangan global kita yaitu genjot bahan pangan lokal terutama bahan pangan yang suka mendorong inflansi seperti komoditas cabe, bawang merah dan bawang putih," ujar Dedi pada Ngobrol Asik (Ngobras) Penyuluhan volume 35 bertemakan `Yang Lokal yang Bercuan`, Jakarta, Selasa (30/8).

Lebih lanjut Dedi mengatakan komsumsi pangan lokal bukan hanya produknya tapi juga olahan dari produknya.

"Kita pelihara bumi kita, dengan tanah sehat akan menghasilkan pangan sehat dan menghasilkan manusia-manusia sehat yang menghasilkan negara sehat dan kuat," jelas Dedi.

Narasumber Ngobras, Tuti Purwanti merupakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Sandriana Orchid kota Depok, Provinsi Jawa Barat yang mengolah bahan pangan lokal menjadi produk olahan yang dapat langsung di komsumsi.

Produk yang dihasilkan di antaranya jahe merah dengan menggunakan gula aren, bir pletok, singkong frozen dan cookies singkong. "Untuk singkong biasanya 2-3 kwintal per bulan, nanti pada tanggal 3 september 2022 akan di ekspor ke negara belanda," ujar Tuti Purwanti.

Narasumber kedua Iqbal Habibi, Duta Petani Milenial kabupaten Sukabumi, propinsi Jawa Barat memiliki komoditas sayuran segar yang sudah memiliki market place di beberapa wilayah di Indonesia.

"Untuk sayuran pemasaran ke pasar tradisional dan pasar induk, beberapa komoditas terbagi menjadi grade a, b dan c dengan kualitas, harga dan kemasan yang berbeda," jelas Iqbal Habibi.

Selanjutnya Iqbal Habibi mengatakan bahwa komoditas sayuran memiliki harga yang fluktasi, dengan pemasukan diangka 50 juta per bulan, tapi apabila ada kenaikan harga dapat meningkat menjadi dua kali lipat.

"Pemasaran produk dilakukan melalui media sosial seperti instagram petani mandiri sejahtera dan juga melalui aplikasi cari sayur, segari dan citra sehat bogor," pungkas Iqbal Habibi.

FOLLOW US