• News

Estonia Mengaku Berhasil Tangkis Serangan Cyber Terbesar Sejak 2007

Yati Maulana | Sabtu, 20/08/2022 19:01 WIB
Estonia Mengaku Berhasil Tangkis Serangan Cyber Terbesar Sejak 2007 Jembatan di atas sungai Narva, perbatasan Rusia di Narva, Estonia 16 Februari 2017. Foto: Reuters

JAKARTA - Estonia telah menangkis "serangan dunia maya paling luas sejak 2007", katanya pada hari Kamis, tak lama setelah menghapus monumen Soviet di wilayah dengan mayoritas etnis Rusia.

Kelompok peretas Rusia, Killnet, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dengan menyatakan di akun Telegramnya pada hari Rabu bahwa mereka telah memblokir akses ke lebih dari 200 lembaga negara dan swasta Estonia, seperti sistem identifikasi warga online.

Namun, seorang pejabat pemerintah Estonia mengatakan pada hari Kamis bahwa dampak serangan itu terbatas.

"Kemarin, Estonia menjadi sasaran serangan siber paling luas yang pernah dihadapinya sejak 2007", tweeted Luukas Ilves, wakil menteri transformasi digital di Kementerian Urusan Ekonomi dan Komunikasi Estonia.

"Dengan beberapa pengecualian singkat dan kecil, situs web tetap tersedia sepanjang hari. Serangan itu sebagian besar tidak diketahui di Estonia," tambahnya.

Killnet, yang mengklaim serangan serupa terhadap Lithuania pada bulan Juni, mengatakan tindakan itu dilakukan setelah tank Tu-34 Soviet dipindahkan dari tampilan publik di kota Narva ke sebuah museum pada hari Selasa.

Dalam serangan DDoS, peretas mencoba membanjiri jaringan dengan volume lalu lintas data yang luar biasa tinggi untuk melumpuhkannya ketika jaringan tidak dapat lagi mengatasi skala data yang diminta.

Estonia bergerak untuk meningkatkan keamanan dunia maya pada tahun 2007 setelah mengalami serangan ekstensif terhadap situs web publik dan swasta yang dituduhkan kepada orang-orang Rusia yang marah karena pencopotan patung era Soviet.

Monumen Tentara Merah dipindahkan dari alun-alun Tallinn, diikuti oleh kerusuhan dua malam oleh etnis Rusia.

Pemerintah Estonia pada hari Selasa memerintahkan penghapusan cepat semua peringatan publik Soviet di Narva yang mayoritas berbahasa Rusia, dengan alasan meningkatnya ketegangan di kota itu dan menuduh Rusia mencoba mengeksploitasi masa lalu untuk memecah-belah masyarakat Estonia.

FOLLOW US