• News

Filipina akan Beli Helikopter AS setelah Batalkan Kesepakatan dengan Rusia

Yati Maulana | Selasa, 16/08/2022 06:01 WIB
Filipina akan Beli Helikopter AS setelah Batalkan Kesepakatan dengan Rusia Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Foto: Reuters

JAKARTA - Filipina sedang berupaya membeli helikopter Chinook angkat berat dari Amerika Serikat, setelah membatalkan kesepakatan dengan Rusia senilai 12,7 miliar peso ($227,35 juta) untuk menghindari sanksi, duta besar Manila untuk Washington mengatakan pada hari Senin.

Pada bulan Juni, beberapa hari sebelum Presiden Rodrigo Duterte mengakhiri masa jabatan enam tahunnya, Filipina membatalkan kesepakatan untuk membeli 16 helikopter angkut militer Rusia Mi-17 karena kekhawatiran sanksi AS terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina.

"Pembatalan kontrak ini terutama dipicu oleh perang di Ukraina. Meskipun ada sanksi yang diharapkan datang dari Amerika Serikat dan negara-negara barat, jelas bukan kepentingan kami untuk melanjutkan dan mengejar kontrak ini," Duta Besar Jose Manuel Romualdez mengatakan kepada wartawan dalam forum virtual.

Moskow mengatakan sedang melakukan "operasi militer khusus" di Ukraina.

Romualdez mengatakan Chinook akan menggantikan perangkat keras yang ada yang digunakan untuk pergerakan pasukan dan dalam kesiapsiagaan bencana di negara Asia Tenggara itu.

Amerika Serikat bersedia untuk mencapai kesepakatan untuk jumlah yang ditetapkan Filipina untuk dibelanjakan pada helikopter Rusia, kata Romualdez, menambahkan kesepakatan dengan Washington kemungkinan akan mencakup pemeliharaan, layanan dan suku cadang.

Filipina sedang melakukan diskusi dengan Rusia untuk memulihkan uang muka $38 juta untuk helikopter, yang pengirimannya seharusnya dimulai pada November tahun depan, atau 24 bulan setelah kontrak ditandatangani.

Filipina berada di akhir modernisasi perangkat keras militernya yang sudah ketinggalan zaman senilai 300 miliar peso selama lima tahun yang mencakup kapal perang dari Perang Dunia Kedua dan helikopter yang digunakan oleh Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.

Selain kesepakatan militer, Filipina, di bawah Presiden baru Ferdinand Marcos Jr, juga menginginkan peningkatan pertukaran ekonomi dengan Amerika Serikat termasuk di bidang manufaktur, infrastruktur digital dan energi bersih, termasuk tenaga nuklir modular, kata Romualdez.

FOLLOW US