• Oase

Kilas Balik Penetapan Kalender Hijriyah dan Penentuan Awal Tahun

Rizki Ramadhani | Senin, 01/08/2022 17:02 WIB
Kilas Balik Penetapan Kalender Hijriyah dan Penentuan Awal Tahun Ilustrasi bulan Islam (foto:madaninews)

JAKARTA - Setiap kaum pasti memiliki sistem penanggalan dengan metodenya masing-masing. Sebagaimana bangsa Sumeria di Mesopotamia, bangsa Mesir, Babilonia, dan peradaban kuno lainnya hingga peradaban modern juga membuat sistem penanggalan mereka sendiri, dengan menggunakan rotasi matahari, bulan, dan bintang untuk mengetahui berapa lama waktu telah berlalu.

Masyarakat Arab dahulu juga sudah mengenal 12 bulan qamariyah, namun penamaan tahun pada masa itu menggunakan peristiwa yang paling menonjol di tahun tersebut, seperti tahun Sail al-Arim (waktu terjadi banjir Arim) dan tahun Gajah (ketika Ka’bah diserang pasukan gajah).

Pada masa pemerintahan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah menggantikan Abu Bakar As Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu, beliau Radhiallahu ‘Anhu berinisiatif ingin membereskan administrasi dan urusan surat menyurat, juga disebabkan semakin banyak negeri yang bergabung dengan Madinah, berbagai keperluan dalam muamalah dan aktivitas lainnya yang membutuhkan ketepatan waktu (tahun), sehingga kebutuhan kaum muslimin akan adanya penamaan yang baku dan berurut pada tahun sangat diperlukan, maka akhirnya dirumuskan permasalahan penetapan tahun.

Kemudian sang Khalifah Radhiallahu ‘Anhu memerintahkan untuk menyusun tahun hijriyah, serta mengumpulkan para sahabat Radhiyallahu ‘Anhu Ajma’in dan berdiskusi tentang keperluan tersebut. Akhirnya, mereka bersepakat untuk menulis penanggalan dengan menghitung sejak Rasulullah SAW berhijrah.

12 nama bulan dalam kalender hijriah sebagaimana yang sudah dikenal yaitu, Muharam (bulan yang disucikan), Safar (bulan yang dikosongkan), Rabiul awal (musim semi pertama), Rabiul akhir (musim semi kedua), Jumadil ula (musim kering pertama), Jumadil akhir (musim kering kedua), Rajab (bulan pujian), Syakban (bulan pembagian), Ramadan (bulan yang sangat panas), Syawal (bulan berburu), Zulkaidah (bulan istirahat), dan Zulhijjah (bulan haji).

Adapun penentuan awal bulan dalam satu tahun tersebut dimulai tanggal 1 bulan Muharram, karena dari sisi syariat ini adalah waktu jamaah haji pulang dan Muharram adalah bulan Allah (syahrullah). Juga dari sisi sosial-budaya, Muharram merupakan bulan yang dipilih oleh bangsa Arab sejak dulu untuk memulai tahun-tahun mereka, sehingga mereka sudah terbiasa dengan keadaan ini. Adapun pergantian hari dimulai dengan masuknya waktu malam (saat maghrib).

Bulan Muharram ini memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah termasuk empat bulan haram (suci), tiga diantaranya berurutan; Zulqadah, Zulhijjah, Muharram, dan yang keempat adalah Rajab. Berikutnya, tanggal 10 Muharram terdapat hari Asyura’ yang sangat dimuliakan oleh para umat beragama, hari dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan nabi Musa ‘alaihissalam dan Bani Israil dari Fir’aun dan bala tentaranya.

Termasuk keutamaan bulan Muharram juga, dengan dinamakan Syahrullah (Bulan Allah). Keutamaan selanjutnya, merupakan bulan yang paling mulia setelah Ramadan.

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya Allah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan menjadikan akhir tahun dengan bulan haram (Dzulhijjah). Tidak ada bulan dalam setahun, setelah bulan Ramadan, yang lebih mulia di sisi Allah dari pada bulan Muharram. Dulu bulan ini dinamakan Syahrullah al-Asham (bulan Allah yang sunyi), karena sangat mulianya bulan ini.” (Lathaiful Ma’arif, hal. 34).

(Kontributor: Dicky Dewata)

FOLLOW US