• Oase

Kalender Hijriyah Merupakan Ciri Kaum Muslimin

Rizki Ramadhani | Minggu, 31/07/2022 12:29 WIB
Kalender Hijriyah Merupakan Ciri Kaum Muslimin Ilustrasi kalender (foto:tirto)

JAKARTA - Sistem penanggalan termasuk kebutuhan penting bagi manusia sehingga setiap kaum pasti memiliki penanggalan, hanya saja metodenya yang berbeda-beda.

Sejarawan meyakini bahwa ketepatan waktu sudah ada sejak periode Neolitik, tetapi sistem penanggalan belum ada sampai zaman perunggu pada 3.100 tahun sebelum masehi. Konon, bangsa Sumeria di Mesopotamia sudah mengenal penanggalan dan membuat kalender pertama. Ratusan tahun kemudian, bangsa Mesir, Babilonia, dan peradaban kuno lainnya membuat sistem penanggalan mereka sendiri, ini membuktikan sejarah sistem penanggalan selalu berubah.

Kalender yang banyak digunakan dunia internasional sekarang dipengaruhi banyak faktor seperti astronomi, agama, dan politik dari berbagai peradaban kuno seperti Mesopotamia, Babilonia, Yunani, Mesir, dan Roma, semuanya saling berkontribusi. Adapun penanggalan hijriah mengganti semua model penanggalan selainnya.

Masyarakat Arab dahulu sudah mengenal 12 bulan qamariyah, hanya saja belum mengenal penahunan karena pada masa itu penamaan tahun tidak dengan angka, tapi menggunakan peristiwa yang paling menonjol di tahun tersebut, seperti tahun Sail al-Arim (waktu terjadi banjir Arim), tahun pembangunan Ka’bah, tahun al-Fijar (saat perang Fijar), tahun Gajah (ketika Ka’bah diserang pasukan gajah), dan lain-lain.

Kemudian kaum muslimin memiliki penamaan tersendiri setelah munculnya syiar Islam dengan diutusnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di Mekah, seperti tahun Ammul Huzni (tahun duka cita, karena peristiwa wafatnya Khadijah dan Abu Thalib yang membuat Rasulullah sedih), tahun al-Khandaq (saat terjadi perang Khandaq), Tahun al-Wada’ (ketika terjadinya haji al-wada’), tahun ar-Ramadah (tahun abu, karena kemarau panjang sepanjang tahun hingga tanah menjadi abu terbakar matahari).

Kalender hijriyah dengan metode penanggalan yang disusun berdasarkan pergerakan atau tempat-tempat bulan, mulai dari tempat muncul hingga tempat menghilangnya, sangat penting untuk umat Islam, terutama dalam mewujudkan ibadah yang benar kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala yang tidak bisa diakomodir oleh kalender yang banyak digunakan dunia internasional sekarang dengan metode sistem penanggalan kalender syamsiyah, yaitu penanggalan dengan melihat matahari, karena adanya perbedaan jumlah hari dan saat pergantiaan hari.

Selain itu, menggunakan kalender hijriyah berarti menghidupkan syiar umat Islam dan melestarikan nilai-nilai luhur agama Islam.

Dalam kedua metode ini terdapat perselisihan jumlah hari. Satu tahun dalam bulan qamariyah terdiri dari 354 hari, terkadang sampai 355 atau 356 hari. Sedangkan metode syamsiyah terdiri dari 360-an sampai 364 hari. Sehingga perbedaan jumlah hari antara keduanya sekitar 11 hari. Artinya, setiap 33 tahun terdapat selisih satu tahun. Karena itu, Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi [18] ayat 25, “Dan mereka tinggal dalam gua mereka 300 tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”

Maknanya, 300 tahun syamsiyah. Penambahan sembilan tahun dari sisi tahun qamariyah.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah At-Taubah [9] ayat 36, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”

Ayat ini menunjukkan wajibnya mengaitkan hukum-hukum ibadah dan selainnya dengan bulan-bulan dan tahun-tahun yang dikenal dengan kalender hijriyah. Ayat ini juga menjelaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala meletakkan bulan-bulan ini dan menamainya dengan nama-namanya sesuai dengan urutan yang dikenal seperti sekarang sejak Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi, yaitu Muharam, Safar, Rabi’, Rabi’, Jumad, Jumada, Rajab, Sya’ban, Ramadan, Dzul Qa’dah, dan Dzul Hijjah.

Inilah yang dikenal di sisi Allah Rabbul ‘alamin, yang sudah dijadikan acuan sejak Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan langit dan bumi. Inilah yang dikenal para Nabi.

Semoga kaum muslimin dapat memperoleh pelajaran dan bangga dengan identitas yang dimilikinya. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US