• News

Presiden Sri Lanka Akhirnya Mundur

Budi Wiryawan | Senin, 11/07/2022 14:15 WIB
Presiden Sri Lanka Akhirnya Mundur Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa (foto:Net/ rmol.di)

KOLOMBO - Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa akhirnya resmi mengundurkan diri setelah puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbu kediamannya dan Perdana Menteri (PM). Presiden Rajapaksa telah telah memberi tahu PM Ranil Wickremesinghe.

Setelah aksi protes itu karena krisis ekonomi yang melemahkan negara itu, ketua parlemen mengatakan Rajapaksa akan mengundurkan diri pada Rabu (13/7). Namun, belum ada kabar langsung dari Rajapaksa tentang rencananya.

PM Wickremesinghe juga akan mundur untuk memungkinkan pemerintah sementara mengambil alih. Para pemimpin gerakan protes mengatakan, massa akan terus menduduki kediaman presiden dan perdana menteri di Kolombo sampai mereka akhirnya mundur dari jabatannya.

Kolombo, kota terbesar di Sri Lanka, diguncang ratusan pengunjuk rasa pada (13/7). Ratusan orang berjalan ke sekretariat dan kediaman presiden dan mengunjungi gedung-gedung era kolonial. Polisi tidak berusaha menghentikan siapa pun.

Rajapaksa dan Wickremesinghe tidak berada di kediaman mereka ketika para pengunjuk rasa menyerbu ke dalam gedung dan tidak terlihat di depan umum sejak Jumat. Keberadaan mereka tidak diketahui.

Rumah pribadi Wickremesinghe di pinggiran Kolombo yang makmur dibakar, dan tiga tersangka telah ditangkap, kata polisi.

Pakar konstitusi mengatakan begitu presiden dan perdana menteri secara resmi mengundurkan diri, langkah selanjutnya adalah penunjukan ketua sebagai penjabat presiden dan parlemen akan memilih presiden baru dalam waktu 30 hari untuk menyelesaikan masa jabatan Rajapaksa yang akan berakhir pada 2024.

Rakyat Sri Lanka pada umumnya menyalahkan Rajapaksa atas runtuhnya ekonomi yang bergantung pada pariwisata, yang dihantam parah oleh pandemi COVID-19 dan larangan pupuk kimia yang kemudian dibatalkan.

Keuangan pemerintah dilumpuhkan oleh hutang yang menumpuk dan potongan pajak yang diberikan oleh rezim Rajapaksa. Cadangan devisa dengan cepat habis karena harga minyak naik.

Negara ini hampir tidak memiliki dolar yang tersisa untuk mengimpor bahan bakar, yang telah dijatah dengan parah, dan antrean panjang terbentuk di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak.

Inflasi utama di negara berpenduduk 22 juta itu mencapai 54,6 persen bulan lalu, dan bank sentral telah memperingatkan bahwa itu bisa meningkat menjadi 70 persen dalam beberapa bulan mendatang.

Sumber: Alarabiya

FOLLOW US